Mohon tunggu...
Mas Subchiatun
Mas Subchiatun Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah melukis dunia.

Seorang ibu yang selalu ingin mengetahui, belajar, dan mencoba sesuatu yang baru nan bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Mbarak Sinoman di Mlarak

7 Mei 2020   09:00 Diperbarui: 7 Mei 2020   09:37 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selamat hari lebaran
Minal Aidin wal Faizin
Mari bersalam-salaman
Saling bermaaf-maafan 

Empat larik tersebut sangat bermakna. Senandung larik tersebut menggandeng saya pada suasana hangat bersosial di sebuah kota kecil di Jawa Timur. Ponorogo namanya. Di kota ini pula, salah satu pesantren tertua tetap eksis, sehingga saya suka sekali menyebutnya kota santri.

Kehangatan larik tersebut tercermin pada tradisi masyarakat Ponorogo. "Mbarak" namanya. Tradisi mbarak merupakan warisan budaya turun temurun.

Mbarak merupakan kebiasaan bersilaturahmi dimulai pagi hari, setelah meminta maaf pada anggota keluarga dekat terlebih dahulu. Pada saat mbarak tak lepas dari kebiasaan bersalam-salaman. Tangan saling menyentuh. Senyum selalu merekah. Aroma ketulusan tercium, pintu memberi dan menerima maaf terbuka lebar.

Ada yang menarik pada tradisi mbarak, tepatnya di Mlarak kampung halaman suami tercinta. Mbarak di Mlarak selalu membuat saya jatuh cinta. Ikatan pemuda atau yang disebut sinoman amatlah likat. Kekompakan mereka patut diacungi jempol. Mereka selalu tampil paling depan jika berbicara urusan gotong royong di kampung. Mulai dari acara hajatan, kematian, bahkan sampai mbarak. Keren banget pokoknya

Saat mbarak, sinoman dibagi menjadi dua rombongan. Ada rombongan perempuan dan rombongan laki-laki. Rata-rata setiap rombongan terdiri atas 40-50 orang.

Ketika rombongan tiba di salah satu rumah warga ada sensasi berbeda yang saya rasakan. Suara gemuruh langkah kaki yang diayun sangat cepat namun tertib berbaris sungguh membuat saya berdecak kagum.

Tak cukup di situ, biasanya rombongan sinoman mengunjungi tetangga terdekat dahulu, terutama para tokoh dan sesepuh. Tidak ada keangkuhan yang mereka pancarkan, tapi kesantunan yang dijunjung. Mereka akan sedikit membungkukkan badan jika bersalaman dengan para sesepuh seraya mengucapkan kalimat dalam bahasa Jawa yang kromo.

Saat Mbarak, terkadang rombongan sinoman jangongan atau ngobrol santai dengan tuan rumah atau rombongan lain yang berpapasan walau sebentar. Topik yang dibicarakan tidak terlalu berat. Ringan-ringan saja. Biasanya urusan bertani atau hanya sebatas menanyakan kabar.

Mbarak sinoman di Mlarak membawa angin segar dan harapan bahwa ada pemuda yang masih menjalankan tradisi dengan nilai-nilai luhur yang bisa diserap. Mereka masih mau bersosial di dunia nyata yang makin sepi. Mereka masih mau mengetuk pintu maaf di dunia nyata di tengah hingar bingarnya ucapan selamat lebaran di dunia maya.

Ah Mlarak, kau selalu membuat saya ingin kembali.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun