Â
Manggarai Barat dikenal sebagai destinasi pariwisata premium Indonesia dengan pesona Labuan Bajo yang menjadi  pintu gerbang menuju Pulau Komodo yang mendunia. Keindahan alamnya menarik kunjungan wisatawan mancanegara dan menjadikannya kabupaten dengan APBD yang tinggi. Namun di balik kemegahan sektor pariwisata dan anggaran yang melimpah tersembunyi krisis kesehatan yang masih memprihatinkan dimana tingginya angka stunting mencapai 36,2%. Situasi ini mengundang pertanyaan mendalam terkait prioritas pemimpin daerah yang masih abai terhadap masalah kesehatan masyarakat, terutama dalam isu stunting dan gizi buruk.Potret Stunting di Manggarai BaratStunting adalah kondisi kekurangan gizi kronis yang dialami anak-anak menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan mental yang signifikan. Dalam konteks Manggarai Barat, angka 36,2% stunting merupakan sinyal darurat kesehatan. Kondisi ini menggambarkan hampir sepertiga anak-anak di wilayah ini tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup sejak dalam kandungan hingga usia dua tahun. Padahal, anak-anak adalah generasi penerus yang akan memikul masa depan kabupaten ini. Kegagalan untuk mengatasi stunting bukan hanya soal kesehatan, melainkan ancaman terhadap kualitas SDM yang akan berdampak jangka panjang.
Ironi di Tengah Kejayaan Pariwisata dan APBD yang Tinggi.
APBD Manggarai Barat tercatat sebagai salah satu yang tertinggi di Nusa Tenggara Timur. Dalam RAPBD TA 2024, Pendapatan Daerah Kabupaten Manggarai Barat direncanakan sebesar Rp1,462 triliun 2024"dari sektor pariwisata. Dilangsir dari LABUANBAJOVOICE.COM Manggarai Barat Peroleh 2,3 Miliar PAD dari Sektor Pariwisata Tahun 2024.
Namun, ironinya  alokasi anggaran untuk mengatasi masalah gizi buruk dan stunting masih minim sehingga angka stunting tetap tinggi. Ketidakseimbangan ini menunjukkan adanya gap yang besar antara potensi ekonomi kabupaten dengan kesejahteraan masyarakatnya.Sebagai destinasi wisata internasional, Manggarai Barat seharusnya bukan hanya berfokus pada pembangunan infrastruktur dan layanan pariwisata premium, tetapi juga pada pembangunan sumber daya manusia yang kuat. Pemanfaatan APBD yang tidak menyentuh aspek kesehatan masyarakat adalah bukti lemahnya perencanaan pembangunan daerah yang tidak inklusif.
Kepemimpinan dan Janji Kampanye yang Gagal
Setiap pemilihan bupati di Manggarai Barat, isu kesehatan, terutama masalah gizi dan stunting, sering kali hanya menjadi janji-janji yang menguap setelah pemilu. Para calon pemimpin banyak berfokus pada sektor-sektor yang terlihat seperti pembangunan fisik, tetapi menomorduakan isu stunting yang justru lebih esensial. Janji-janji kampanye yang mengutamakan kesejahteraan masyarakat seolah hanya sekadar wacana politik. Para calon pemimpin daerah seharusnya memiliki visi yang lebih luas dan berani dalam menempatkan kesehatan masyarakat sebagai prioritas. Mengabaikan masalah stunting adalah bentuk pengkhianatan terhadap rakyat Manggarai Barat yang seharusnya menjadi prioritas utama dalam visi pembangunan mereka. Mengingat tingginya angka stunting, sudah seharusnya kebijakan yang ada lebih berfokus pada program-program penanganan stunting yang jelas, efektif, dan berkelanjutan.
Membangun Arah Kebijakan yang Pro-Rakyat
Kondisi ini menuntut keberanian pemimpin Manggarai Barat untuk mengalihkan perhatian dari sekadar mengejar glamornya pariwisata menjadi lebih peduli terhadap kesejahteraan masyarakat, khususnya anak-anak yang mengalami stunting. APBD yang tinggi bisa dialokasikan untuk mendukung program gizi anak, penyuluhan kesehatan ibu dan anak, serta peningkatan akses terhadap air bersih dan sanitasi. Pemerintah daerah juga dapat berkolaborasi dengan sektor pariwisata untuk menggalang dana CSR (Corporate Social Responsibility) yang fokus pada kesehatan dan pendidikan anak-anak Manggarai Barat. Keterlibatan masyarakat dalam program pengentasan stunting juga penting untuk memastikan bahwa seluruh lapisan masyarakat memahami bahaya dan penanganan stunting. Pemimpin daerah bisa menginisiasi program-program yang memberdayakan masyarakat setempat dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya gizi yang baik untuk anak.
Seruan bagi Calon Bupati dan Pejabat Daerah
Masalah stunting di Manggarai Barat tidak akan terselesaikan jika para calon pemimpin daerah hanya mementingkan pencitraan atau sektor-sektor yang menguntungkan secara ekonomi semata. Dibutuhkan integritas, keberanian, dan kepekaan terhadap kebutuhan masyarakat yang paling mendasar. Para calon bupati di Manggarai Barat harus berkomitmen pada program kesehatan yang nyata, dengan indikator keberhasilan yang jelas dan transparan.Ini bukan hanya persoalan angka stunting, tetapi persoalan tanggung jawab moral pemimpin untuk memprioritaskan kesehatan anak-anak Manggarai Barat. Jika generasi muda terus mengalami gizi buruk, mimpi menjadikan Manggarai Barat sebagai wilayah yang maju hanyalah fatamorgana. Maka, setiap calon bupati yang akan maju harus bertanggung jawab penuh dalam mewujudkan masyarakat yang sehat dan kuat, bukan sekadar janji kosong.
Perlu Di inngat
Masalah ini adalah refleksi nyata dari kegagalan kebijakan pembangunan yang tidak menyentuh akar kebutuhan masyarakat. Sudah saatnya para pemimpin daerah dan calon bupati di Manggarai Barat membuka mata terhadap masalah ini dan meletakkan prioritas pembangunan yang lebih berpihak pada kesejahteraan rakyat, khususnya pada generasi masa depan yang seharusnya bebas dari stunting.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H