Mohon tunggu...
Emanuel Odo
Emanuel Odo Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Penulis Lepas pecanduan kopi

Mengamati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Wajah Indonesia Saat ini

16 Agustus 2024   02:36 Diperbarui: 16 Agustus 2024   05:39 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                          

  Indonesia adalah negara yang diberkahi dengan kekayaan alam yang luar biasa. Dari hutan tropis yang luas, lautan yang kaya akan ikan dan sumber daya laut lainnya, hingga cadangan tambang yang melimpah, Indonesia seharusnya menjadi salah satu negara terkaya di dunia. 

Namun, kenyataan pahit menunjukkan bahwa kita seringkali terjebak dalam lingkaran kemiskinan, ketidakadilan, dan kerusakan lingkungan yang semakin parah. Artikel ini akan mengulas bagaimana kita sebagai bangsa bisa menjadi "bodoh" dan "miskin" di tengah-tengah kekayaan yang melimpah. 

Indonesia memiliki berbagai sumber daya alam yang seharusnya bisa menjadi pilar ekonomi negara. Mulai dari minyak dan gas bumi, emas, batu bara, hingga kekayaan laut yang tidak ternilai harganya. Namun, pengelolaan sumber daya ini sering kali tidak dilakukan dengan bijak dan penuh tanggung jawab. 

Sumber daya alam dieksploitasi secara besar-besaran tanpa mempertimbangkan keberlanjutan dan dampak jangka panjang terhadap lingkungan. Hutan-hutan yang dulu rimbun kini mulai gundul akibat penebangan liar dan ekspansi perkebunan kelapa sawit. Laut yang dulu kaya akan ikan kini terancam oleh pencemaran dan overfishing. 

Bahkan, banyak tambang yang merusak lingkungan dan meninggalkan kerusakan yang sulit diperbaiki. Semua ini adalah hasil dari kebijakan yang lebih mengutamakan keuntungan jangka pendek tanpa memperhitungkan masa depan.  Korupsi yang Mengakar Korupsi adalah salah satu masalah terbesar yang menggerogoti kekayaan negara ini. 

Dana yang seharusnya digunakan untuk pembangunan, pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan rakyat sering kali disalahgunakan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Tingginya tingkat korupsi di Indonesia membuat banyak proyek pembangunan terhambat, kualitas layanan publik rendah, dan distribusi kekayaan yang tidak merata. 

Korupsi tidak hanya terjadi di tingkat pusat, tetapi juga di tingkat daerah, sehingga hampir setiap lapisan masyarakat merasakan dampaknya. Misalnya, dana desa yang seharusnya digunakan untuk pembangunan infrastruktur sering kali tidak sampai ke tangan yang tepat karena sudah dipotong di berbagai tingkat pemerintahan. 

Akibatnya, banyak daerah yang tetap terbelakang meskipun memiliki potensi sumber daya alam yang besar. Pengangguran dan Ketimpangan Sosial Meskipun Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, tingkat pengangguran dan kemiskinan masih tinggi. Banyak penduduk yang tinggal di daerah kaya sumber daya justru hidup dalam kemiskinan karena tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pelatihan yang memadai. 

Ketimpangan sosial semakin terlihat dengan adanya perbedaan yang mencolok antara daerah perkotaan dan pedesaan. Perusahaan-perusahaan besar yang menguasai sumber daya alam sering kali tidak memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat sekitar. Mereka lebih banyak merekrut tenaga kerja dari luar daerah dan mengirim keuntungan ke luar negeri, sementara penduduk lokal hanya mendapat sedikit atau bahkan tidak mendapat apa-apa. 

Ini menciptakan ketimpangan yang semakin parah antara yang kaya dan yang miskin. Kerusakan Lingkungan yang Semakin Parah Kerusakan lingkungan di Indonesia semakin parah dari tahun ke tahun. Pembakaran hutan untuk pembukaan lahan, pencemaran sungai akibat limbah industri, hingga penangkapan ikan dengan cara-cara yang merusak ekosistem laut, semuanya adalah contoh nyata dari kebijakan yang tidak berkelanjutan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun