Mohon tunggu...
Emanuel Odo
Emanuel Odo Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Penulis Lepas pecanduan kopi

Mengamati

Selanjutnya

Tutup

Politik

Otoritas Tertinggi Demokrasi

26 Februari 2024   06:45 Diperbarui: 26 Februari 2024   06:45 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Demokrasi kita  saat ini seperti Kapal tua yang tak tau arah berlayar tanpa nakoda yang tidak   memahami bagaimana  seutuhnya  demokrasi berjalan sesuai dengan hakikat demokrasi itu  sendiri, Bagaiman  bisa demokrasi yang menjadi ruang masyarakat indonesia untuk menerjemahkan  kekebasan  mereka dalam menentukan  indonesia ke depanya.Lalu mengapa demokrasi bisa menjadi salah satu penentu masa depan Indonesia..? saya berfikir para pembaca memahami jawaban atas pertanyaan ini.  

Mari  kita memulai  dengan melihat  bagaimana   masyarakat indonesai  memahami demokrasi dan  seperti apa metodologi untuk melihat ketidakpahaman masyarakat terhadap  demokrasi..? 

Masyarakat indonesia melihat  bahwa demokrasi adalah sistem yang paling Ideal dalam menentukan keterwakilan kita di pemerintah,saya  pikir kita  setuju dengan  ide  ini, Tapi  bagaiman  konsekuensi dibalik  kebenaran ini  yang  hari  ini  menjadi  kerusakan  demokrasi  indonesia , Terutam  dalam   pesta  demokrasi  yang  telah selsai   dilaksanakan 2024 ini. 

Fakta  demokrasi  2024  sangat  jelas bahwa Demokrasi  mengalami kemunduran di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo seiring dengan pencalonan putranya, Gibran Rakabuming Raka, dalam pemilihan presiden 2024. Suksesi dinasti politik ini, bersama dengan melemahnya lembaga-lembaga inti demokrasi seperti Mahkamah Konstitusi dan Badan Pemberantasan Korupsi, meningkatnya paksaan pemerintah terhadap lawan-lawannya dan kekhawatiran akan integritas pemilu yang dikompromikan, menjadi pertanda buruk bagi masa depan demokrasi Indonesia. 

Prstiwa ini membuktikan  bahwa   begitu  banyak  masyarakat  di  yang di adu domba dan diberikan  berbagai, Konspirasi  tentang  demokrasi serta  terkait  fakta  ini.  kenapa saya  mengatakan  konspirasi  demokrasi  yang diberikan oleh para penguasa, sebab  mereka  yang memahami bagaiman  memanipulasi masyarakat dengan menodai  demokrasi itu sendiri. Lihat  jika kita  menganalisis  dengan cermat bahwa Otoritas  tertinggi manusai  adalah Kebebasan Hati  Nurani dalam menentukan pilihan dan  saya berfikir  hal ini  di bisa di terjemahkan memang  bukan hanya dalam pesta demokrasi namun   dalam segi kehidupan lain.  

Sekarang otoritas  ini sangat  tidak diprhitungkan lagi oleh  masyarakat sebagai individu  yang memiliki  kekuatan penuh dalam menentukan pilihan mereka, mengapa  demikian?? Saya  secara pribadi melihat bahwa demokrasi saat ini sebagai jembata  untuk mentransasikan  kepasatian  otoritas ini dan otoritas diluar  diri manusia itu, yang akan saya maksudkan  adalah Negara  berupaya untuk memudarkan otoritas  ini dan  masyarakat  seutuhnya  masi  banyak yang belum memahami terkait hal ini. 

Satu conto untuk memperjelas  analisis  saya adalah  salah satunya Uang,Kenapa  saya mengambil contoh  terkait pudarnya  otoritas  ini disebabkan oleh Uang?  Sebab Ketidakcukupan  masyarakat  dalam  memahami demokrasi  membuat konspirasi berdatangan dari berbagai media sosial sebab ini adalah pasar gelap  untuk mencegah setidaknya  50%  agar otoritas  hati  nurani bisa  digangu, Melihat Pengetahuan masyarakat  indonsia  saat ini masi sangat minim dan  biasa dilihat dari bagaimana  mental masyarakat dibentuk dari sosial media dalam menentukan sikap mereka , sebab media sosial juga  menjadi sebuah dunia baru untuk mempengaruhi piskologi  masyarakat terutama saat Tahun demokrasi  mulai di Gelar.

         

Mari  Selamatkan  Demokrasi  kita................................

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun