Orang yang berpendidikan adalah orang yang mengerti betul tugas dia hidup di dunia, hidup bersama dalam suatu negara, bangsa, dan juga kemanusiaannya. Penting sekali untuk ditanamkan kepada setiap anak bahwa "Kamu lahir untuk hal-hal besar." Apa itu hal besar? Hal besar itu lebih daripada dirimu sendiri, lebih dari kepentingan empat tembok rumahmu. Jika  kita memberikan nutrisi  motivasi  kepada  anak sejak dini dengan kekuatan yang luar biasa , anak itu pastinya tumbuh dengan  daya  saing yang luar biasa.Â
Dan pada  titik tertentu  dia  akan mulai menyadari  bahwa  betapa  penting dirinya  untuk orang lain. Inilah keharusan yang sebenarnya  kita tanamkan  kepada  anak-anak kita  jika  kita  ingin menyelamatkan  bangsa ini. Karena pada prinsipnya  pendidikan itu bukan hanya mengolah akal budi, - tapi mengolah batin, emosi. Sebab Emosi ini hal yang sering dilupakan oleh pendidikan  kita  sekarang. Barangkali yang nampak saat ini bahwa masyarakat makin menjauh dari ilmu pengetahuan dan menganggap bahwa pendidikan sesuatu yang menakutkan sebab  dalam keadaan dia menjauh dan merasa  ketakutan , dia frustrasi.Â
Dia frustrasi untuk mengendalikan ilmu pengetahuan dan dia tidak melakukan counter metodologi, tetapi dia pergi pada agama akhirnya. Sehingga merasa bahwa, "Ini kita sedang diarahkan oleh roh jahat." Lalu dicari ayat-ayat kitab suci yang bisa membatalkan teknologi. Itu juga kacau cara berpikirnya. Sebetulnya seperti Indonesia, Indonesia dianggap punya potensi untuk jadi pusat riset dengan keragamannya. Mestinya dikembangkan supaya negara lain tahu bahwa Indonesia punya keahlian di bidang itu.Â
Dan pemerintah mesti mampu membaca potensi itu dan  jangan mengunakan  wilaya itu untuk mencari posisi politik yang tidak dibangun dengan dasar keberagaman. Karena itu yang membuat  negara ini hancur dan  Generasi tidak percaya  lagi  akan Pendidikan.  Baiklah  kita kembali  melihat  bagaimana  sistem pendidikan kita, anak  bangsa dituntun dengan sistem yang menekan kebebasan  anak-anak dalam dunia pendidikan. Mari kita lihat bagaimana Tuntutan kurikulum ini disamakan dari Sabang sampai Merauke.
Tetapi gurunya tidak diberi kesempatan untuk berkembang sesuai dengan kebutuhan lokal. Jadi guru habis waktunya untuk mengikuti kurikulum. Padahal mungkin guru punya kreativitas untuk melihat apa yang ada di lokal yang dibutuhkan oleh anak-anak. Sehingga dia perlu justru diberi kesempatan untuk itu dan mendapat kesempatan untuk sekolah. Jadi memprihatinkan sebetulnya.Â
Kita perlu, pertama-tama, dalam dunia pendidikan, itu adalah mendukung kemajuan guru. Saya juga melihat sistem kompensasi untuk guru juga tidak selaras dengan kepentingan bangsa ke depan. itu sangat memprihatinkan kalau kita ke daerah-daerah terpencil di Indonesia, nggak usah daerah terpencil, di kota-kota besar itu ada guru yang untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya ada yang terpaksa jadi supir Gojek, dsb., karena memang sangat minim. Dan sekarang ada tunjangan tambahan, tetapi untuk itu, dibutuhkan sertifikasi.Â
Sementara sertifikasi itu jumlahnya juga terbatas, jadi harus antri. Dan untuk sertifikasinya itu macam-macam, macam-macam persyaratan birokrasinya sehingga tidak mudah. Hal yang sama berlaku untuk dosen juga. Jadi saya menganggap dosen ini juga guru, hanya tempatnya di perguruan tinggi. Itu sama, diberi tuntutan birokratis yang sangat rumit.Ini  adalah  permasalahan yang amat serius  di bangsa  kita  dan  kita  butuk generasi  yang bisa mendobrak semua  ini dengan memperoleh pendidikan yang layak.Â
Tapi intinya adalah orang-orang yang bisa berpikir, bisa berimajinasi, dan bukan hanya berpikir untuk dirinya sendiri, tetapi bagaimana itu kemudian dituangkan, diterapkan untuk kebaikan bersama. Jadi pendidikan itu bukan untuk diri sendiri; bahwa kita mencapai, oh hebat, mencapai pendidikan tinggi. Tapi alasan adanya pendidikan itu sendiri apa? Bukan hanya untuk satu orang tumbuh berkembang, lalu memanfaatkan ilmunya untuk kepentingan dia atau keluarga atau kelompok-kelompok terdekat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H