Mohon tunggu...
Emanuella Ta Rebo
Emanuella Ta Rebo Mohon Tunggu... -

an ordinary woman

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menjaga Pondasi Gereja Tetap Kokoh

27 September 2011   04:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:35 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua orang tentu pernah merasa kehilangan, entah itu benda atau seseorang bahkan beberapa orang yang disayang. Cara kehilangan berbeda tiap orang tentunya. Benda tersayang dicuri, hilang, atau terjatuh entah dimana, sama saja dengan ketika teleponmu berbunyi saat pagi, suara asing diseberang memberi kabar pacar, suami, istri, anak, adik, kakak, sepupu, tante, om, kakek, sahabat, pembantu, tentanggamu meninggal dunia ditabrak bis luarkota yang sedang melaju kencang.

Sangat tidak fair menyamakan nyawa manusi dengan benda, tapi memang jika ini menyangkut masalah hati, semua terasa sama derajatnya. Seorang bocah kecil yang menangis karna kehilangan satu-satunya mobil-mobilan sama tingkatan sedihnya ketika tantemu terisak saat suaminya meninggal dunia. Mereka berdua sama-sama merasa kehilangan. Ada bagian dari hidup ini yang pergi. dan itu sangat sulit digantikan.


Dan saat kembali pada masalah gedung gereja yang dibom, bagaimana kedekatan kita dengan sebuah gedung dengan ruangan luas didalamnya berisikan kursi-kursi panjang itulah yang harus di uji. Apakah sebuah gedung yang hancur dapat membuat Tuhan kehilangan tempat bersemayam?

Kendaraan disekitar mulai bergerak, tinggal stengah jam lagi kami sudah harus sampai di rumah. Berpikir tentang gedung gereja yang di bom, dibakar atau apalah tidak akan ada habisnya.. Toh memang gedung itu hanya kumpulan semen pasir yang di cat menjadi indah. Kalau meledak?? Bangun lagi yang baru. Allah kita kan Allah yang punya segalanya. Itu aja kok repot. Tiap perbuatan kan ada konsekuensi masing-masing. Yang terjadi yah terjadilah.

Jam 18.30, saya sampai ditengah-tengah bocah-bocah yang susah di atur itu, mereka tersenyum dan menghampiri saya, mereka mencium tangan saya. Saya salut dengan kebiasaan mencium tangan ini, banyak orang yang mengkotakkan kebiasaan ini hanya milik agama tertentu. pikiran yang sempit menurut saya. Ini sikap yang menunjukkan rasa hormat.

Saat mata-mata mereka menatap saya dengan penuh semangat, ada rasa haru penuh kasih dalam hati ini. Mereka haus dan lapar, penasaran apa lagi yang akan diceritakan minggu ini. Games apalagi minggu ini. Sangat bahagia melihat wajah-wajah kecil didepan saya ini. Saya senang saya punya kesempatan dan dipercayakan berdiri didepan mereka.

Saya bukan seorang teologi, saya juga bukan pembicara yang hebat. tapi Tuhan mempercayakan saya untuk membina anak-anak ini yang adalah pondasi-pondasi gereja agar menjadi pondasi yang kokoh untuk membangun sebuah gereja.

Selamat melayani untuk seluruh guru-guru sekolah minggu.










HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun