Mohon tunggu...
Emanuel Hayon
Emanuel Hayon Mohon Tunggu... Editor - •Menulis adalah tanda berpikir

Kritis adalah cara kreatif untuk melatih keseimbangan otak kiri dan kanan•

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Akurasi dan Kegagalan Tim Komunikasi Jokowi

11 Mei 2021   15:13 Diperbarui: 11 Mei 2021   15:29 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dari Wikipedia tentang ilustrasi akurasi.

Hal yang perlu diketahui oleh Presiden Jokowi terhadap tim komunikasinya adalah mereka cenderung tidak menjawab substansi masalah dan lebih berkesan "menjilat". Pak Jokowi sebaiknya mengevaluasi masalah krusial ini. 

Saya memperhatikan, semenjak Pak Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta hingga saat ini terpilih dua kali menjadi Presiden RI, tim komunikasi lebih banyak menginformasikan hal yang baik-baik saja ketimbang persoalan dan substansi masalah. Celakanya, jika itu tidak dilakukan dengan uji kebenaran oleh Presiden sendiri maka kesalahan itu diulang terus dan dianggap benar. Padahal, masyarakat Indonesia semakin kritis.

Keluar dari zona nyaman

Saya kira ini adalah periode terakhir Pak Jokowi menurut konstitusi yang berlaku di negara ini. Akan lebih baik Pak Jokowi keluar dari zona nyaman dan bayang-bayang pembisik tim kokunikasi yang berazaskan "asal bapak Presiden senang".

Di tengah masyarakat Indonesia yang semakin kritis, tim komunikasi yang bermental ABS ini harus dihentikan. Pak Jokowi, sebaiknya kembali kepada dirinya dahulu. Cross and check di lapangan atau yang lazim disebut media dengan "blusukan". Sebaiknya, jangan terlalu terbuai dengan pesan manis dari mulut tim komunikasi seputaran Pak Jokowi. Itupun, jika ingin dilakukan dengan tegas dan intens.

Lalu mengapa itu penting ? Bagaimana hubungannya dengan akurasi ? Pertama, dengan keluar dari zona nyaman pembisik tersebut Pak Jokowi akan lebih akurat melihat masalah. Terkadang bagi saya, kritik oposisi atau masyarakat yang kritis terhadap kekuasaan adalah hal yang paling akurat, selain bisikan manis dari orang sekitar Pak Jokowi. Kesan saya, dengan menarik Pak Prabowo dan Sandiaga Uno, Pak Jokowi berpikir polarisasi dan oposisi sudah tiada. Justru itu salah. Jikapun benar, mereka yang kritis dan muncul mengkritik Pak Jokowi diranah publik adalah masyarakat kritis yang mencintai bangsanya--- bukan musuh.

Kedua, turun dan melakukan cek berulang kali di masyarakat juga akan membuat pesan yang disampaikan juga kontekstual. Disitu, Pak Jokowi terlihat sangat akuratif dalam pemetaan masalah. Ada kecenderungan, Pak Jokowi lebih suka menghimpun informasi dari pembantu sekitarnya dan tim komunikasinya. Padahal, tidak semua informasi tersebut benar. Ini letak persoalannya.

Sudah sewajarnya Pak Jokowi sendiri menghentikan kegaduhan demi kegaduhan akibat tim komunikasi yang ada di sekitar Pak Jokowi. Mungkin juga ini menjadi refleksi di hari Ramadhan ini bahwa informasi yang manis sekalipun tidak membuat sebuah pesan yang disampaikan tepat sasar. Bahkan, bisa jadi masyarakat menilai informasi tersebut hanya datang dari sekumpulan penjilat yang merusak reputasi Pak Jokowi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun