Mohon tunggu...
Emanuel Dapa Loka
Emanuel Dapa Loka Mohon Tunggu... Freelancer - ingin hidup seribu tahun lagi

Suka menulis dan membaca... Suami dari Suryani Gultom dan ayah dari Theresia Loise Angelica Dapa Loka. Bisa dikontak di dapaloka6@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lumpuhnya Kaderisasi dan "Kejorokan" di Sekitarnya

12 Agustus 2018   10:28 Diperbarui: 12 Agustus 2018   11:08 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jika tudingan adanya uang sogok Rp 500 M + Rp 500 M itu benar, inilah kejorokan paling paripurna dari dunia politik dan demokrasi kita.

Penentuan calon wakil presiden baik untuk calon presiden Jokowi maupun Prabowo penuh drama dan kejutan. Kalau untuk calon presiden, jauh-jauh sebelumnya publik sudah bisa memastikan bahwa Jokowi akan maju lagi untuk periode kedua. Sementara Prabowo, meski ada desas-desus akan memunculkan figur lain, namun banyak kalangan yakin bahwa Prabowolah yang akan diusung Partai Gerindra dan partai pendukung.

Yang menjadi "misteri" untuk keduanya adalah "siapa calon wakil mereka". Malah, baik Jokowi maupun Prabowo, sampai pada detik-detik terakhir, tidak bisa memastikan siapa calon wakil mereka. Ibarat dalam dunia balap, sejumlah nama pembalap muncul pada etape-etape awal, tapi pada etape terakhir, muncul satu nama secara mengejutkan, lalu masuk finish dan menang. Nama ini, seakan-akan menyimpan energi teramat hebat dan strategi kelewat jitu sehingga tiba-tiba menang.  

Begitulah yang terjadi dengan nama Sandiaga Uno dan Ma'ruf Amin. Di sekitar keterplihan mereka terjadi pertarungan strategi, permainan siasat, kalkulasi plus minus, termasuk hitung-hitungan yang masuk akal maupun tidak, dan karenanya mengejutkan di ujung etape, akhirnya merekalah yang "memenangi" calon posisi orang nomer dua.

Dua atau tiga hari sebelum deklarasi, nama Sandiaga Uno sama sekali tidak muncul sebagai dalam bursa calon wakil presiden  untuk Prabowo. Selain tidak dibicarakan, Sandi sendiri tidak pernah menyumbarkan keinginannya untuk menjadi cawapres. Tentu saja karena posisinya sebagai Wakil Gubernur DKI yang tidak kalah gengsinya dalam perpolitikan Tanah air, juga dan terutama karena dia satu partai dengan Prabowo. Dia adalah wakil ketua Dewan Pembina Partai Gerindra. Untuk hitung-hitungan politik, terutama dari sisi konstituen, ini tidak menguntungkan. Ijtima ulama yang mengusulkan nama Ustadz Abdul Somad Batubara dan Salim Segaf tidak dipatuhi.

Tapi mengapa langkah aneh ini diambil Prabowo dan partai-partai pendukungnya? Hampir belum sempat orang memberi analisis atas langkah politik Prabowo tersebut, muncul tudingan amat menohok dari Wakil Ketua Partai Demokrat Andi Arief bahwa munculnya Sandiaga Uno sebagai calon wakil presiden, karena Wakil Gubernur DKI itu memberikan uang masing-masing Rp500 Miliar kepada PAN dan PKS. Dengan jumlah uang yang amat menggiurkan itu, kedua partai tersebut rela tanpa kader di kursi penting itu. Dari sinilah Andi Arief menyebut Prabowo sebagai Jenderal Kardus yang tidak setia pada nilai perjuangan tapi lebih mementingkan uang.

Belum ada bukti atas tudingan Andy Arief itu---dan sulit dibuktikan---mesti tidak bisa dilalukan begitu saja oleh Bawaslu atau KPK. Jika tudingan ini benar, inilah kejorokan paling paripurna dari dunia politik kita---yang selama ini memang telah divonis sebagai wilayah kotor-motor oleh masyarakat. Integritas insan-insan di dalamnya berada di titik nadir. Dan pada titik yang sama, benarlah sudah bahwa kaderisasi kader di tubuh PAN dan PKS gagal total.

Sedangkan pada kubu Jokowi dan partai-partai pendukung lebih dramatis lagi. Mahfud MD pada sepanjang hari itu disebut-sebut akan jadi cawapres bahkan sudah diminta ukur baju untuk kepentingan pendaftaran ke KPU, tiba-tiba digantikan Ma'ruf Amin. Bahkan ketika Jokowi menyebut atau mengeja gelar "Profesor doktor", publik masih mengira bahwa nama yang disebut adalah Mahfud MD, tapi ternyata Ma'ruf Amin.

Alasan yang beredar, karena Mahfud MD bukan kader NU seperti diungkapkan KH Aqil Siraj. Di sisi lain, Ma'ruf Amin bisa membekap lawan politik yang selalu menyerang Jokowi dari sisi agama. Meski banyak yang kecewa atas pilihan Jokowi, tidak kurang banyak juga yang meng-applause  keputusan tersebut dan menyebut sebagai keputusan jitu.

Sebelumnya, dalam perjumpaan Ketua Umum Demokrat SBY dan Prabowo, konon sudah ada deal bahwa AHY-lah yang akan menjadi calon wakil presiden untuk mendampingi Prabowo, walau secara eksplisit SBY mengatakan bahwa dia menyerahkan kepada Prabowo siapa yang akan menjadi calon wakil yang mendampingi mantan suami dari Putri Mendiang Soeharto Titiek itu.

Kita tunggu strategi jitu yang akan dipertontonkan oleh kedua pasang kandidat tersebut. Kita berharap mereka memberi pelajaran politik berkelas tinggi dan tidak mengulangi cara-cara berpolitik yang jorok dan menjerembabkan para calon pemilih ke lembah nista. Di sinilah tanggungjawab terbesar seorang calon pemimpin, apalagi di kubu masing-masing kandidati berdesak-desakn kaum intelektual yang bisa memberikan pencerahan-pencerahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun