Fery mengaku sudah sangat akrab dengan sape sejak kecil. “Saya mengenal sape sejak kecil. Saya kenal betul karena saya lahir di suku Dayak Kayaan, Mendalam, yang kental dengan budaya dan adat istiadatnya. Dan memang musik sape itu lahir dari rumpun suku Dayak Kayanik, seperti Kayaan, Punaan, dan Kenyah,” jelas Fery.
Di tangan Fery juga, sape mengalami kemajuan. Ia melakukan berbagai improvisasi dari sape yang hanya bersenar tiga menjadi empat, lima sampai delapan senar. Ukuran sape pun menjadi bervariasi. Untuk hal ini, Fery benar-benar otodidak. “Mau belajar ke siapa lagi? Saya belajar sendiri untuk mengembangkan alat musik ini, baik dari segi bentuk, nada, maupun penambahan senarnya,” jelasnya. Kini, berkat ketekunan Fery berkreasi dan berimprovisasi, sudah tersedia beberapa buah sape elektrik.
Fery sadar, perjuangannya tidak mudah. “Mengajak orang melirik sesuatu yang tradisional saja sudah sulit, apalagi mencintai. Tapi tak masalah. The show must go on,” ujarnya. Fery seakan mendapat suntikan semangat, sebab usahanya tersebut mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk lembaga adat Dayak dan pemerintah daerah. Ia berharap juga bisa mendapatkan beasiswa untuk belajar musik secara spesifik agar kelak bisa mengembangkan sape.
Dari hasil belajarnya yang otodidak, selain kian terampil bermain sape, Fery telah menghasilkan sejumlah komposisi lagu. Hasil karya tersebut sudah sering ia bawakan dalam berbagai penampilan dan mendapat sambutan meriah penonton. Bahkan banyak yang ingin memiliki jika sudah dikemas dalam bentuk album. Dia sendiri pun ingin memiliki album dari hasil karyanya sendiri. “Namun ini bukan hal yang mudah untuk saya karena perlu dana besar dan kerja keras yang sungguh-sungguh. Semoga suatu saat bisa terwujud,” harap peraih predikat Juara Umum Parade Lagu Daerah Indonesia di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta 2010 bersama tim Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat ini.
Sekadar tambahan, pada tahun 2012 Fery bersama grup Puyang Gana dari kabupaten Sekadau mewakili Kalimantan Barat merebut gelar Juara Umum dalam parade musik daerah tingkat nasional di TMII. Atas prestasi tersebut, pemerintah Sekadau mengirim Fery dan kawan-kawan ke Ukraina, mewakili Indonesia untuk menampilkan musik Dayak dalam acara festival folklor.
Pria kelahiran 19 November 1978 ini juga memendam angan-angan untuk memiliki rumah sape atau galeri untuk menyimpan atau memamerkan alat musik sape. “Dengan begitu, orang bisa mengenal lebih dekat, dan mendapatkan sape dalam berbagai bentuk dan ukuran dengan mudah. Tentu saja dengan kualitas bagus. Tapi sekali lagi, hal semacam ini tidak mudah untuk saya,” ujar peraih medali emas untuk Lagu dan Musik Etnik pada Pesta Paduan Suara Gerejawi di Sulawesi Utara, 2012 bersama tim Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H