Di lereng gunung Sindoro, di sekitar aliran hulu sungai Progo, terdapat sebuah penginapan yang mengusung tema alam. Rumah-rumah kayu yang berjejer mengelilingi sebuah sawah menjadi sebuah daya tarik tersendiri bagi D'Sobahan Resort.Â
Saat libur kenaikan kelas kemarin, Orang tua penulis dan penulis pergi mengunjungi resort tersebut. Setelah kembali ke seminari, penulis teringat keramahtamahan para petugas yang bekerja di sana. Senyum bahagia mereka mengalahkan dinginnya angin gunung. Penulis pun penasaran, siapa pendirinya? Bagaimana sifat sang pendiri hingga membuat resort ini begitu memukau?
      Melalui DM Instagram, penulis menanyakan pertanyaan kepada bapak F. Sukendra, S.T., S.H., M. Hum, dan hasil pertanyaannya terangkum sebagai berikut:
Bapak Endro, sapaan yang kerap disematkan kepadanya, lahir di Temanggung, 15 Februari 1967. Masa kecilnya dihabiskan di salah satu desa di Kabupaten Temanggung. Kira-kira 24km arah barat laut dari Kota Temanggung. Kedua orang tuanya menyekolahkan pak Endro di SD sekitar rumahnya.Â
Lalu, Pak Endro melanjutkan ke SMP Kristen 1, Salatiga. Karena kemampuannya di perhitungan yang cukup besar, Beliau pun melanjutkan ke STM Pangudi Luhur, Muntilan. Pak Endro memilih untuk melanjutkan pembelajaran tentang hukum di salah satu universitas di Jakarta untuk sarjana dan magister. Tak lupa, kesukaannya dalam hal teknik, Beliau dalami dengan memasuki salah satu universitas teknik di Jakarta.
Pak Endro lahir sebagai anak keempat dari delapan bersaudara di keluarga yang sederhana membuatnya menjadi orang yang kreatif. Beliau berani mencoba hal yang baru. Terbukti saat Pak Endro meninggalkan pekerjaan lamanya untuk membuka usaha sendiri.
Beliau sudah bekerja di bidang interior dan eksterior selama 25 tahun. Kerja di bawah atasan pasti tetap ada resiko, tetap ada tekanan. "Mengapa tidak mencoba membuka usaha sendiri?" tanya pak Endro pada dirinya sendiri.Â
Pada awalnya, Beliau membuka usaha terkait perancangan hal-hal interior. Namun sifat magis yang dimiliki oleh pak Endro, menjadikan usahanya menjalar ke penginapan. Â "Sejauh Tuhan memberikan kesehatan, maka pekerjaan tidak terbatas oleh orang atau lembaga lain." Lanjutnya. Pak Endro merasa lebih leluasa dalam mengambil keputusan selama bisa berkomunikasi dengan mitra kerjanya.
Refleksi pak Endro sendiri, dengan membuka usaha sendiri semakin tersadarkan akan pentingnya iman kepada Tuhan yang empunya segala rencana. Beliau harus lebih bersandar kepada Tuhan dalam persaingan di dunia bisnis yang semakin sulit. Selaras dengan ungkapan Latin yaitu "ora et labora", Pak Endro semakin tersadarkan akan pentingnya usaha yang juga diimbangi berdoa.
Saat ditanya tentang kebahagiaan yang didapat setelah membuka usaha sendiri, Pak Endro menjawab bahwa membuka usaha sendiri bukan merupakan jalan pintas untuk semua "hasil". Kebahagiaan lah yang menjadi orientasinya. Kebahagiaan seperti apa yang Pak Endro sebutkan? Kebahagiaan seperti, membagikan hasil yang telah didapat kepada struktur yang terlibat dalam pencapaian hasil.
Pak Endro pun merasa optimis. Dengan membuka usaha sendiri, secara nyata beliau mengajak orang lain untuk turut bekerja membantunya. Beliau berhasil membahagiakan orang lain dengan cara memberikan peluang berkarier kepada banyak pegawai atau mitrausaha. Dan secara riil menjadi penyalur berkat kepada pegawai dan pendistribusian sub pekerjaan yang bernilai.