Mohon tunggu...
M. Aminulloh RZ
M. Aminulloh RZ Mohon Tunggu... Guru - Hidup Berpetualang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Politik hanya momentum, berbuat baik selamanya

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kebohongan-kebohongan MRS

9 Desember 2020   09:00 Diperbarui: 10 Desember 2020   09:55 1422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suaranya keras, lantang, dan nyaring. Kata-kata tersusun dalam sebuah ceramah bersifat paradoksal. Suatu hari ia mengatakan dalam ceramahnya, "Kalau besok anak-anaknya berjuang bela Islam setuju atau tidak bu? Ridho tidak? Besok kalau anaknya datang ke Ibu, 'bu permisi mau jihad, lu jihad ama siapa tong? Mau jihad ama habaib ama ulama jangan dilarang bu ya, ibu langsung angkat tangan sono pergi tong mudah-mudahan gak balik lagi.' Amin."

Ia melanjutkan, "Ibu punya anak mati syahid, orang yang mati syahid di jalan Allah, dia bakal berdiri di pintu surga, untuk apa? Untuk mengajak 70 anggota keluarganya masuk surga. Jadi takut tidak mati syahid? Mau tidak mati syahid? Takbir!" Sontak banyak jemaahnya menyahut Allahu Akbar. Dengan gaya pidato khas Betawi yang pandai mendoktrin pengikutnya, Muhammad Rizieq Shihab (MRS) mencuci akal ibu-ibu yang mendengarkan ceramahnya agar anaknya menjadi martir bagi dirinya. Hal itu adalah sebuah bentuk fabrikasi.

Berbagai ceramah kebohongan dan penyesatan demikian sepertinya terus meningkat, seiring meningkatnya populisme Islam dan sensitivitas masyarakat terhadap pemahaman dan praktik keberagamaan tertentu. Sikap sensitif sebagian umat Islam yang digoreng melalui pengkhotbah agama yang menyesatkan dan menimbulkan keresahan. Yang menjadi target sasaran tidak hanya umat beragama lain, melainkan internal Islam sendiri, baik perbedaan mazhab, maupun pandangan politik.

Semenjak berdirinya Front Pembela Islam (FPI), organisasi ini kerap melakukan aksi anarkistis yang berbenturan dengan negara. Kita semua telah memahami bahwa organisasi yang dipimpin oleh MRS seringkali menimbulkan kegaduhan di tengah masyarakat yang plural. Kebohongan-kebohongan yang dilontarkan sebagaimana di atas, telah mengaduk-aduk emosional jemaatnya untuk terus bertindak ekstrem. Dakwah kekerasan di negeri damai, hanya membuat pemecahbelahan yang sangat dilarang agama.

Klaim-klaim kebenaran dengan menghakimi orang lain, tidak akan mendapatkan kebahagiaan dan hanya celaka yang didapatkan di akhirat kelak. Orang bijak mengatakan, "Perbuatan dosa yang membuatmu menyesal, jauh lebih baik ketimbang beribadah yang disertai rasa ujub dan takabur." Mati syahid tidak harus pergi berperang, apalagi di suasana damai, tidak ada istilah jihad yang berujung mati syahid.

Mengapa MRS kemudian mendorong anak-anak muda mati syahid demi dirinya? Mengapa tidak disuruh menuntut ilmu, atau pergi mencari nafkah? Dalam keadaan tersebut, tentu saja lebih mati syahid jika ajal menjemputnya. Justru membela Islam dengan cara-cara mungkar seperti MRS dan pengikutnya, tidak akan mendapat apa-apa di sisi Allah.

MRS saja tidak menggunakan etika dakwah yang benar. Tugas seorang ulama dan mubaligh atau da'i itu mengajak, bukan mengejek, menyampaikan bukan mengislamkan, merangkul bukan memukul, menata bukan memecah belah. Apalagi menjanjikan kenikmatan ukhrawwi di surga dan mengajak 70 anggota keluarga. Mengapa saya katakan MRS berbohong? Sebab apa yang dilakukannya justru sebaliknya.

Islam membela yang lemah, bukan menindasnya. Siapa? Siapa lagi kalau bukan kelompok minoritas---Syiah, Jemaat Ahmadiyah, dan lainnya---yang tentu saja kelompok kecil di negeri ini. Belum lagi rentetan insiden benturan antara FPI dengan kelompok yang berbeda keyakinan dan aksi-aksi anarki yang dilakukan terhadap warga sipil lainnya.

Pada akhirnya, semua bertentangan dengan Islam. Front Pembela Islam secara substantif, jadi perusak Islam, sebab Islam tidak pernah mengajarkan arogansi, menyerbu, merusak, menghancurkan tempat-tempat publik, bahkan tidak segan-segan mereka memukul menggunakan tongkat rotan. Ironis, semua itu dilakukan atas nama agama dengan kemasan jihad dan syahid. Saya jadi teringat kebohongan MRS saat dirinya terjerat kasus chat-sex dengan Ketua Yayasan Solidaritas Cendana, Firza Husein, agar lolos dari pemeriksaan polisi dan meraih simpati publik.

Beberapa kebohongan itu diantaranya ia merasa menjadi target pembunuhan, adanya sniper yang menembak rumahnya, revolusi putih, beralasan untuk pergi ke Malaysia untuk menyelesaikan studinya, dan visa yang didapatkan ketika berada di Arab Saudi adalah unlimited, atau mendapat keistimewaan oleh Kerajaan Arab Saudi. Tapi kemudian ia overstay dan dideportasi berdasarkan keterangan Prof. Mahfud MD. Setelah itu melakukan kebohongan lagi dengan membantah bahwa dirinya tidak overstay dan tidak dideportasi.

Gemar sekali rupanya MRS menggunakan kebohongan demi kebohongan hanya untuk meraih simpati publik, gemar menggunakan model kekerasan untuk mendesak kehendaknya. Vonis radikal---sesat, kafir, munafik dan seterusnya---terhadap perorangan, atau pun kelompok lain, seringkali terlontar dari mulut MRS. Dalam salah satu ceramahnya, MRS mengatakan, "Presidennya goblok, Menteri agamanya sesat." Seolah-olah ia saja yang benar, dan ini bentuk kebohongan. Mengapa demikian?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun