Mohon tunggu...
M. Aminulloh RZ
M. Aminulloh RZ Mohon Tunggu... Guru - Hidup Berpetualang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Politik hanya momentum, berbuat baik selamanya

Selanjutnya

Tutup

Politik

Macron Buktikan Barat Belum Memahami Nabi Muhammad dan Ajarannya

2 November 2020   17:00 Diperbarui: 17 November 2020   09:16 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.kadrun.id/2020/11/02/macron-buktikan-barat-belum-memahami-nabi-muhammad-dan-ajarannya/

Pertarungan antar peradaban---sejarah antara ideologi agama dan sekularisme modern---kembali menyeruak. Diskursus mengenai agama dengan negara kembali mencuat, pasca-insiden pemenggalan seorang guru SMP bernama Samuel Patty di Perancis, akibat metode pengajarannya menggunakan media kartun Nabi Muhammad SAW kepada muridnya dalam pembelajaran kebebasan berpendapat. Lalu kejadian berlanjut, pada 29 Oktober 2020, tiga warga Perancis ditikam pisau di gereja Basilika Notre Dame di Nice.

Hal itu memperlihatkan banyak kalangan Barat, utamanya Perancis, belum memahami sosok Nabi Muhammad SAW dan ajarannya secara menyeluruh---etik-moral (akhlak), nilai kejujuran, nilai keadilan, cinta kasih, perikemanusiaan dan seterusnya---puncak dari agama Islam yang sebenar-benarnya. Beberapa peristiwa di Perancis, tidak menjustifikasi Islam sebagai ajaran kekerasan dan teroris. Sebagaimana kekekeliruan pada pandangan Presiden Perancis, Emmanuel Macron yang berpidato mengenai peristiwa tersebut dan media satire Charlie Hebdo.

Dampak yang diakibatkan dari pernyataan Macron soal Islam dan terorisme, akhirnya menuai kecaman dari pemimpin-pemimpin negara Islam. Berdasarkan Tajuk Rencana pada harian kompas, Senin (02/11/2020), tidak hanya para pemimpin negara Islam, Presiden Joko Widodo pun turut mengecam Macron, seusai menggelar pertemuan dengan para pemimpin agama di Istana Merdeka, Sabtu (31/10/2020). Indonesia juga turut mengutuk aksi kekerasan yang terjadi di Paris dan Nice yang telah memakan banyak korban jiwa.

Menyikapi peristiwa yang terjadi di Perancis, kita harus memahami konteks akar sejarah dan latar belakang kasus secara mendetail dan komprehensif. Jika tidak, maka berakibat pada reaksi berlebihan yang tidak perlu dan dapat merugikan. Moralitas individu Muslim sendiri harus lebih dikedepankan. Jangan sampai perilaku ekspresif kita yang kelewat batas, semakin meyakinkan pihak Barat bahwa memang benar Islam sebagai agama kekerasan.

Islam memang agama kebenaran, lurus, dan rahmat bagi sekalian alam (rahmatan lil alamin). Akan tetapi, tingkah laku penganutnya belum tentu mencerminkan Islam itu sendiri. Untuk itulah, kita sekali lagi diuji kehati-hatian oleh kasus semacam ini, apakah kita akan mencerminkan Islam yang sesungguhnya? Atau justru mendistorsi nilai-nilai keislaman? Karena perlu jujur, introspeksi dan disadari secara kolektif, beberapa diantara kita, masih banyak terjebak pada pemutarbalikkan ajaran Nabi Muhammad SAW, yang berimbas pada stigma negatif Barat terhadap Islam terus menerus.

Perlu diketahui, Reformasi dan Revolusi Perancis (1788-1789) yang terjadi secara radikal, berdampak abadi pada perjalanan budaya, politik, dan sosial yang mengubah tatanan kehidupan Perancis, bahkan Eropa secara keseluruhan. Sistem sosio-politik monarki absolut dalam cengkraman aristokrat dan gereja selama berabad-abad lamanya, diruntuhkan oleh kelompok radikal sayap kiri. Kemudian digantikan oleh prinsip-prinsip baru, yakni liberte (kebebasan), egalite (persamaan), dan fraternite (persaudaraan) sehingga lahirlah ideologi Laicite (semacam ideologi sekularisme).

Dalam prinsip dasar Laicite, agama tidak boleh muncul ke ruang publik---tidak boleh terlembagakan, baik instansi pemerintahan, maupun penggunaan simbolistik (kalung salib atau jilbab) dalam sekolah dan kampus-kampus negeri---agama diserahkan ke individu masing-masing. Laicite sama halnya dalam konteks Indonesia yang memiliki dasar ideologi Pancasila, menjadi sesuatu yang amat mendasar bagi negara. Dalam konteks ini, pembelaan Macron pada kebebasan berpendapat perihal kartun Nabi Muhammad SAW, berada pada posisi pemerintahan yang membela ideologi negaranya.

Namun perlu dicatat, bahwa dibukanya sekularisme di Barat pasca-kematian komunisme pada perang dunia kedua yang dahsyat sejak abad ke-20, semakin membangkitkan agama-agama besar dunia. Khususnya menyeruaknya Islam sebagai agama yang tumbuh paling pesat di Eropa, bahkan dunia. Tatkala agama Kristen Barat yang kian merosot jumlahnya, Islam tumbuh berkecambah sebagai dampak dari imigran Arab dan Afrika ke Eropa untuk mencari suaka. Imigran inilah yang kemudian menancapkan nilai-nilai dan dakwah Islam di Barat.

Sementara Pew Research Centre Edisi 26 Mei 2017 menegaskan bahwa penduduk Muslim di dunia pada saat ini nomor dua terbesar sesudah jumlah Kristen, tapi penduduk Muslim akan berkembang paling cepat diantara agama-agama lain di dunia. Untuk pertumbuhan pemeluk agama di dunia periode 2015-2060, diproyeksikan bahwa penduduk Muslim akan bertambah 70%, sedangkan penduduk Kristen bertambah hanya 34%.

Laporan Pew tersebut juga memprediksikan bahwa populasi Muslim di Eropa akan tumbuh hampir sepertiga dalam 20 tahun, dari 44,1 juta jiwa, atau sekitar 6% dari seluruh penduduk Eropa pada tahun 2010, menjadi 58,2 juta jiwa, atau 8% dari prediksi total jumlah penduduk Eropa pada 2010. Jumlah tersebut belum memperhitungkan 80 juta penduduk Muslim Turki yang tentu saja secara otomatis menambah persentase keseluruhan jumlah penduduk Muslim di Eropa. Penduduk Muslim di Perancis juga diprediksi semakin bertambah menjadi 12,7% dari 8,8% pada saat ini. (Sudibyo Markus, 2019: 41-45).

Tapi, yang lebih penting dari angka-angka persentase di atas, penganut agama Islam sebagai makhluk Tuhan dan penghuni langit-langit Eropa, mampu atau tidak mengemban misi dan ajaran Nabi Muhammad SAW sebagai tanggung jawab kemanusiaan? Atau justru tenggelam dalam kebencian, intoleransi dan ekstremitas ala teroris yang semakin menciderai wajah Islam di mata Barat yang sama sekali belum memahami ajaran Nabi Muhammad SAW. Ini yang kemudian menjadi pekerjaan rumah bagi kita semua untuk membenahi secara internal terkait ajaran nabi yang begitu memanusiakan manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun