Mohon tunggu...
M. Aminulloh RZ
M. Aminulloh RZ Mohon Tunggu... Guru - Hidup Berpetualang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Politik hanya momentum, berbuat baik selamanya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Lingkaran Setan Kekerasan Berjubah Agama

24 September 2020   19:50 Diperbarui: 24 September 2020   20:04 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari beberapa pengertian studi tentang kekerasan, penulis meringkasnya dalam beberapa faktor yang lebih penting untuk kita simak secara seksama. Kekerasan yang dilakukan oleh beberapa pihak adalah faktor kelainan genetik atau memang sudah menjadi bawaan (innate)---bisa disebut fisioliogis---gangguan kejiwaan.

Beberapa kasus yang terjadi belakangan, misalnya kasus penyerangan Syekh Ali Jaber yang dilakukan oleh seorang pemuda di Masjid Falahudin, Jalan Pamin, kota Bandar Lampung pada minggu (13/9/2020), yang diduga mengalami gangguan jiwa berdasarkan keterangan orang tuanya, terlepas dari situasi dan kontroversi politis kebenarannya. Sebab Syekh Ali Jaber sendiri menolak insiden ini dipolitisasi atau dikaitkan dengan isu apapun.

Selain itu, kekerasan juga dapat dikatakan sebagai sebuah tindakan yang dilakukan oleh aktor dan kelompok dalam rangka meraih kepentingan politik kekuasaan. 

Ted Robert Gurr (1970) mendeskripsikan kekerasan politik sebagai tindakan aktor atau kelompok yang menentang rezim yang berkuasa. Sedangkan Charles Tilly (1975) menjelaskan bahwa kekerasan akan berhasil apabila aktor mampu memobilisasi massa lewat suatu kalkulasi politik. Gustave Le Bon (1895) menambahkan, kekerasan sebagai tindakan yang dilakukan crowd (kelompok aktor) yang memiliki kekuatan untuk menghancurkan.

Penulis berusaha mengarahkan pada komunitas yang lebih kecil, khususnya agama Islam dalam mendeskripsikan kekerasan agar dapat dipahami secara holistik. Wacana yang tidak kalah penting untuk diurai adalah mengapa kekerasan Islam-politik selalu terjadi? Selain faktor fanatik-dogmatis ideologis terhadap agama, ia juga biasanya memiliki latar belakang kondisi dan situasi yang tengah dialami, seperti mengalami ketidakadilan, terjadinya disrupsi politik, budaya, pendidikan, ekonomi, dan sains-teknologi.

Penting bagi kita untuk mendudukkan segala persoalan pada relnya. Yang pertama, pandangan pelaku atau aktor kekerasan-agama bukan pandangan agama itu sendiri, melainkan pandangan beberapa pihak dan oknum yang salah memahami hakikat agama---memanfaatkan agama sebagai kendaraan---mencapai tujuan dan kepentingan politiknya.

Kedua, aktor dan kelompok kekerasan-agama, salah dalam pandangan agama dan politik praktis, bahwa agama dan politik merupakan langkah kebaikan bagi agama. Hal tersebut tentu saja bukan pandangan dari representatif mayoritas umat Islam. 

Justru, jika kekerasan-agama dilakukan, maka agama akan kehilangan kesempatan perannya dalam menancapkan kebenarannya dan kesejahteraan bagi umat manusia. Sementara itu, jelas sekali bahwa ajaran dan nilai-nilai Islam akan mengokohkan politik kuasa yang ada, dapat menegakkan syariat tanpa perlu penamaan 'Islam' untuk diformalisasi ke dalam negara.

Lembaran sejarah telah memperlihatkan betapa konflik dan kekerasan dalam agama-agama, hingga pertumpahan darah atas nama agama, begitu memilukan. Perang salib yang memperebutkan tanah surga, kota suci Yerussalem yang berlangsung lebih dari satu abad, hingga kini belum berakhir. Bahkan kekerasan pun terjadi pada lintas aliran, lintas mazhab dalam satu agama. Padahal kita semua memahami esensi agama yang mengajarkan berbuat baik pada sesama, dan tentu saja mengajarkan kedamaian antar umat manusia.

Sepanjang sejarah Islam, kekerasan dan konflik sudah mengemuka. Semenjak era Khulafaur Rasyidin, dinasti Umayyah, dinasti Abasiyyah, dan hingga zaman sekarang ini dengan eskalasi kekerasan yang berbeda, tak terkecuali di Indonesia. Meski bangsa Indonesia dikenal oleh bangsa lain dengan keramahtamahannya, akan tetapi konflik keagamaan juga terus mewarnai dan tidak pernah sepi.

Yang jadi pertanyaan, apakah kekerasan dengan mengatasnamamakan agama sebagai pembelaan terhadap keyakinan agamanya, merupakan hal yang fundamental bagi ajaran agama? Atau ada kepentingan dan faktor lain yang menunggangi sebagian kelompok agama?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun