Skenario HTI dengan merapuhkan pemerintahan seraya kampanye anti-rezim sekuler, sistem kufur, negara taghut, dan lain sebagainya, untuk sebuah tujuan, yakni menaikkan tensi emosional masyarakat. Kemudian terjadi pemecah belahan, saling caci maki yang pada akhirnya saling mengangkat senjata, lantas saling bunuh sesama anak bangsa. Ini yang sudah terjadi di beberapa negara Timur Tengah dan Afrika, luluh lantak yang diakibatkan propaganda pejuang khilafah. Jika skema HTI ini berhasil, lalu di mana letak rahmatan lil alamin dalam Islam?
Dengan begitu, mendirikan khilafah HTI adalah sebuah ilusi. Cita-cita utopis yang tidak mungkin terjadi, apalagi Indonesia masih digawangi Muhammadiyah dan NU sebagai organisasi masyarakat terbesar di Indonesia yang senantiasa menjunjung tinggi asas Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Pancasila, UUD 1945, dan Bhineka Tunggal Ika.
Tidak akan ada satupun negara mendukung tegaknya khilafah, menyerahkan kedaulatannya masing-masing secara prodeo di seantero dunia ini. Sebagaimana Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH. Ahmad Ishomuddin pernah berujar, "upaya tersebut selalu saja gagal sebagaimana HTI, Khilafatul Muslimin, 'jihad' ISIS dan lain-lain yang menghabiskan umur secara sia-sia untuk menegakkan sistem khilafah. Korban sudah berjatuhan, perpecahan, dan kekacauan terjadi di beberapa negara Muslim begitu nyata, namun hasilnya tidak ada alias gagal total," Minggu (30/9/2020).
Yang terakhir, pascapembubaran HTI pada tahun 2017 melalui Perppu ormas, kampanye khilafah masih terus berlangsung hingga hari ini, tanpa ada perubahan secara signifikan. Perlu kita sadari bersama bahwa kampanye khilafah adalah sebuah fantasi yang tidak akan terwujud nyata. Bahkan bisa berakibat dikucilkan oleh masyarakat, didiskriminasi oleh kelompok lain, dilawan pemerintah, berurusan dengan tentara dan aparat kemanan, dan dimusuhi oleh negara. Sebelum itu terjadi, maka sebaiknya pengusung khilafah segera mengubah haluan ke Ibu Pertiwi, menegakkan syariat secara subtantif, mencintai Tanah Air, dan mengisinya dengan hal-hal positif untuk kemajuan bangsa dan negara kita. Jangan sampai HTI terjerumus ke dalam kubangan fantasi yang terlalu dalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H