Mohon tunggu...
M. Aminulloh RZ
M. Aminulloh RZ Mohon Tunggu... Guru - Hidup Berpetualang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Politik hanya momentum, berbuat baik selamanya

Selanjutnya

Tutup

Politik

Catatan Merah Hizbut Tahrir

22 Agustus 2020   14:52 Diperbarui: 22 Agustus 2020   15:31 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jangan pernah bermimpi, bahwa Hizbut Tahrir akan menerima Nasionalisme. Dalam pradigma lama, sistem khilafah adalah satu imperium besar, sangat otoriter dengan otoritas penuh berada di bawah sang khalifah untuk berkuasa secara penuh, baik dalam keagamaan, maupun politik. HT berpikir, agama dan nasionalisme adalah sesuatu yang kontradiktif. Faktanya, ketika Nabi Muhammad SAW berhijrah dari Makkah menuju Madinah, saat diperbatasan, beliau bertutur: Wahai Makkah engkau adalah negeri yang paling kucintai. Seandainya pendudukmu tidak mengusir aku, aku tidak akan meninggalkan kamu (HR at-Turmudzi, nomor 3925).

Hadits di atas, menegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki rasa cinta akan Tanah Airnya. Cinta Tanah Air merupakan fitrah dari lahir, yang sudah ada dalam diri manusia. Nasionalisme itu tumbuh sendiri, seharusnya! Jangan mengorbankan agama demi tujuan politik, dan jangan berpolitik dengan memanfaatkan agama.

Satu catatan merah, bahwa HT tidak pernah memahami konteks cinta Tanah Air yang sesungguhnya. Nasionalisme dianggap sistem kufur. Tentu ini berbahaya, sebab mereka tidak pernah memahami fitrah, dan justru ingin merusak cinta itu sendiri. Tidak menjadi masalah, jika hanya dia sendiri, yang jadi masalah adalah mereka mengajak orang di sekitar kita untuk menghapus rasa cinta itu dan termakan dalil-dalil olahan yang mereka kampanyekan.

Catatan selanjutnya adalah mereka tidak pernah bicara agama, hanya politik yang mereka gaungkan selama ini, sebab dalam pandangan HT, fiqih tidak perlu dipelajari, sebelum sistem khilafah tegak. Dalam catatan pengarang kitab Fiqhul Islam Wa Adilatuhu, Syekh Wahbah Zuhaili, pernah mengatakan: "Pandangan HT yang meyakini bahwa fiqih tidak perlu dipelajari atau dipraktikkan sepanjang suatu negara belum melaksanakan sistem Islam adalah sebuah kesalahan besar. Karena mengkaji atau mempelajari fiqih bukan melulu mengenai sistem pemerintahan, tapi semua aspek kehidupan umat Islam itu diatur oleh fiqih."

Partai politik internasional yang didirikan Taqiyyuddin An Nabhani (1909-1977) ini juga menyederhanakan segala sesuatu persoalan di negeri manapun, khilafah adalah solusinya, dan juga wajib hukumnya bagi umat Islam. Namun, mereka tidak pernah memberikan jalan keluar, atau penyelesaiannya seperti apa. Kenyatannya, sistem apapun yang diterapkan dalam politik pemerintahan, tidak termasuk dalam rukun Islam, seperti shalat, puasa, zakat dan lainnya. Permasalahan sebuah bangsa adalah permasalahan kompleks dan sangat rumit. Jika mereka benar-benar menginginkan kebaikan dalam negeri, maka masuklah dalam sistem yang sudah sesuai dengan Undang-undang yang berlaku di negara tersebut, bukan mempropagandakan sesuatu yang kosong dan memperkeruh negara.

HT juga selalu menampik jika ideologinya berkaitan dengan kekerasan dan terorisme. Realitasnya, berdasakan data dari seorang peneliti Hudson Institue, Washington, Zeyon Baran. Menyebutkan bahwa HT a coveyor terrorists tentang keterlibatan sejumlah aktivis HT dalam keterlibatan terorisme di sejumlah negara. Misalnya, Seorang pemuda Lebanon berusia 21 tahun bernama Youssef Mohammed al-Hadjib didakwa melakukan percobaan pembunuhan menggunakan bom di kereta api Jerman, tepatnya berada di posisi dekat stasiun Dortmud, dan ada juga di Kereta yang bergerak menuju Koblenz, sabtu (19/8/2006). Satu minggu kemudian kawannya ditangkap bernama Fadi al-Saleh oleh pihak keamanan Jerman. Setelah diselidiki, ternyata mereka adalah sel-sel jaringan teror Hizbut Tahrir. Banyak kasus serupa di negara lain, seperti di Kyrgstan pada februari 2007, Uzbekistan pada bulan agustus 2002, Tajikistan selama tahun 2005, menangkap 99 anggota HT karena terbukti terlibat dalam jaringan terorisme.

Di Indonesia sendiri, kader dan simpatisan HT juga terlibat aksi terorisme. Bahrun Naim alias Anggih Tamtomo alias Abu Rayan adalah anggota HTI yang ditangkap oleh Datasemen Khusus 88 Antiteror Polri pada bulan November 2010, akibat kepemilikan senjata api dan bahan peledak. Naim bebas pada bulan juni 2012, Naim baiat ke ISIS pada tahun 2014 dan kemudian berangkat ke Suriah. Pada tahun agustus 2015, Naim pun diduga terlibat dalam sejumlah terror di Indonesia.  Junaidi alias Yayang alias Codet terlibat dalam bom Thamrin Jakarta, kamis (14/1/2016). Selanjutnya, M. Fachry, mantan anggota HTI yang aktif dalam situs arahmah.com dalam propaganda jaringan aksi Al-Qaeda Internasional. Fachry juga terlibat kegiatan ISIS, yakni pengiriman 16 anggota ISIS dari Indonesia ke Suriah.

Beberapa catatan merah HT, menjadi salah satu pertimbangan banyak menolak dan membubarkan, bahkan mengusir dari negaranya. Termasuk di Indonesia, yang dibubarkan secara resmi oleh pemerintah melalui Perppu Ormas pada tahun 2017 yang lalu.

Misi utama Nabi Muhammad SAW yang paling utama adalah memperbaiki akhlak, bukan mengislamkan orang lain, memaksa orang lain apalagi mengikuti ideologi politik khilafah. Mengikuti faham khilafah, bisa mengakibatkan kita dimusuhi saudara, tetangga, teman, bahkan dimusuhi negara yang kita cintai ini. Maka pada titik ini, penulis menekankan untuk mengkaji secara komprehensif gagasan politik Islam lebih dalam, untuk menunjukkan kepada dunia, bahwa Islam benar-benar rahmatan lil alamin. Membentuk pribadi yang berakhlak mulia dengan perilaku kita, pandangan negatif terhadap Islam akan sirna dengan sendirinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun