Mohon tunggu...
Maul Ina
Maul Ina Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

believe

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

konsep penuaan focus komunikasi,,gerontik

13 November 2011   16:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:43 828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

1.Konsep Penuaan

a.Penglihatan

Defisit sensori (perubahan Penglihatan) dapat merupakan bagian dari penyesuaian berkisinambungan yang datang dalam kehidupan usia lanjut. Perubahan penglihatan dan fungsi mata yang dianggap normal dalam proses penuaan termasuk penurunan kemampuan untuk melakukan akomodasi, kontriksi pupil akibata penuaan, dan perubahan warna serta kerusakan lensa mata (katarak). Perubahan penglihatan pada walnya dimulai dengan terjadinya awitan presbiopi, kehilangan kemampuan akomodatif. Kerusakan kemampuan akomodasi terjadi karena otot-otot siliaris menjadi lebih lemah dan lebih kendur, dan lensa kristalin mengalami sklerosis, dengan kehilangan elastisitas dan kemampuan untuk memusatkan pada pandangan jarak dekat.

Ukuran pupil menurun (miosis pupil) dengan penuaan karena sfinkter pupil mengalami sklerosis. Miosis pupil dapat mempersempit lapang pandang seseorang dan memperngaruhi penglihatan perifer pada tingkat tertentu, tetapi tidak benar-benar mengganggu kehidupan sehari-hari.

Perubahan warna (menguning) dan meningkatnya kerusakan lensa peristal yang terjadi dari waktu kewaktu dapat menimbulkan katarak. Katarak menimbulkan berbagai tanda dan gejala penuaan yang mengganggu penglihatan dan aktivitas setiap hari. Penglihatan yang kabur dan seperti terdapat suatu selaput diatas mata adalah suatu gejala umum yang mengakibatkan kerusakan kesukaran dalam memfokuskan penglihatan dan membaca. Kesukaran dapat dikoreksi dengan menggunakan lensa.

Sensitifitas terhadap cahaya menyebabkan lansia sering mengedipkan mata terhadap cahaya terang atau ketika berada di luar pada siang hari yang cerah.

Keadaan ini dapat berbahaya dan menyebabkan suatu keadaan dalam aktivitas sosial. perubahan perspsi warna juga terjadi dengan pembentukan kaarak dan mengakibatkan fungsi yang muncul tumpul dan tidak jelas terutama warna-warna yang muda seperti biru, hijau dan ungu. penggunaan warna yang terang seperti kuning, orange, dan merah direkomendasikan untuk memudahkan dalam membedakan warna. hal yang penting dilakukan adlah melakukan pemeriksaan penglihatan dan tekanan pada mata secara teratur dan untuk melakukan operasi pengangkatan katarak ketika telah siap.

b.Pendengaran

Penurunan pendengaran adalah masalah kesehatan kedua yang paling umum yang mempengaruhi lansia. Kehilangan pendengaran pada lansia disebut presbikursis. Dalam presbikursis, suara konsonan dengan nada tinggi merupakan yang pertama kali terpengaruh dan perubahan dapat terjadi secara bertahap. perubahan berlangsung lambat sehingga seseorang tidak menyadari perubahannya sampai diberitahu oleh seorang anggota keluarga atau teman yag mengatakan bahwa dia mengalami susah mendengar. Mhoon menggambarkan fenomena tersebut sebagai suatu penyakit simetri bilateral pada pendengaran yang berkembang secara progresif lambat terutama mempengaruhi nada tinggi dan dihubungkan dengan penuaan. ua masalah fungsional pendengaran pada lansia adalah ketidakmampuan untuk mendeteksi volume suara dan ketidakmampuan untuk mendeteksi suara dengan nada frekuensi yang tinggi seperti beberapa konsonan (misalnya f, s, sk, sh, dan l). perubahan ini dapat terjadi pada salah satu atau kedua telinga.

c.Kognitif & komunikasi

Perubahan kognisi dan komunikasi mungkin bervariasi dan berat, perubahan sensasi dan presepsi dapat mengganggu penrimaan dan pengungkapan informasi dan perasaan. Gangguan pengecapan, penciuman, nyeri, sentuhan, temeperatur, dan merasakan posisi sendi dapat mengubah komunikasi dan presepsi yang kita alami. dengan disorientasi dan konfusi, kesadaran kita terhadap kenyataan menurun secara nyata. Penurunan ini dapat bersifat progresif permanen ataupun permanen, bergantung pada kerusakan cerebral. Memori mungkin berubah dalam proses penuaan. pada mumnya memori untuk kejadian masa lalu lebih banyak diretensi dan lebih bayak diingat daripada informasi yang masih baru.Deprifasi sensori dapat diakibatkan oleh kerusakan pada pusat cerebral yang bertanggung jawab untuk memproses stimulus. halusinasi, disorientasi, dan konfusi mungkin menyebabkandeprifasi sensori, bukan gangguan kemampuan mental.

Beban sensori yang berlebihan dapat diakibatkan oleh penurunan kemampuan klien untuk menanggapi rangsangan, klien mungkin tidak mampu menyimpan informasi baru, sehingga menyebabkan frustasi dan lebih sedikit toleransi untuk aktifitas sehari-hari. agresi dan agitasi dapat terjadi sebagai gejala dari kelebihan beban sensoris.

Agnosia, Afasia, dan apraksia mungkin terlhat pada klien dengan stroke atau dimensia progresif.Agnosia merupakan ketidakmampuan untuk mengenali objek yang umum (sisir,sikat gigi, cermin) dengan menggunakan salah satu indra walau indra tersebut masih utuh. Agnosia penglihatan, pendengaran, dan taktil terjadi ketika ada kerusakan pada lobus parietal dan oxypital, gyrus presentral, daerah parietooksipital, dan korpus kolosum.

Afasia adalah ketidakmampuan untuk menggunakan kata-kata yang memiliki arti dan kehilangan kemampuan mengerti bahasa lain. terdapat disintegrasi fonetik, semantik, atau sintaksis yang diketahui pada tingkat produksi atau tingkat pemahaman dalam komunikasi. Afasia mungkin dicermikan dalam kata-kata klien yang samar, melantur, kesukaran dalam berbicara dan kesulitan dalam meneukan kata-kata yang benar untuk menyatakan suatu gagasan.

Apraksia adalah ketidakmampuan untuk menunjukkan suatu aktivitas yang dipelajari yang memiliki fungsi motorik yang diperlukan, seperti kesalahan penggunaan kata-kata dalam menyebutkan hal-hal tertentu dan ketidakmampuan untuk mengenali dan menyebutkan abjad umum dan orang-orang yang dikenal.

d.Persepsi-sensori

Panca indera mungkin menjadi kurang efisien dengan proses penuaan, bahaya bagi keselamatan, aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) yang normal dan harga diri secara keseluruhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun