Mohon tunggu...
M. Agus Wahyudi
M. Agus Wahyudi Mohon Tunggu... Administrasi - Tasawuf Psikologi

Membaca Menulis Menyesal

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Ceritaku bersama Profesor: Santri Pemburu Sisa Minuman Kiai

30 Maret 2019   22:45 Diperbarui: 31 Maret 2019   09:14 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berawal dari pertemuanku dengan seorang profesor yang mengampu mata kuliah psikologi kesehatan. Profesor, memberikan tanggapan tentang fenomena santri di pondok pesantren. Santri memiliki hobi meminum sisa minuman Kiai seperti air putih, teh maupun kopi. Karena diyakini perilaku tersebut memiliki nilai plus tersendiri yang berujung pada mencari berkah dari sang Kiai.

Kata profesor, perilaku semacam itu merupakan tindakan yang konyol dan lucu. Imbunya, bukan lagi berkah yang di dapat malah justru batuk dan flu karena tertular. Memang benar penyakit semacam flu dan batuk bisa menular melalui gelas bekas minuman orang lain. Namun dibalik itu ada sisi yang bersifat spiritual yang harus jadi fokus perhatian.

Menurut WHO (organisasi kesehatan dunia) menegaskan, aspek kesehatan manusia di era modern ini meliputi biologis, psikologis, sosial dan spiritual atau sering disebut "biopsikososialspiritual"

Pernyataan yang dilakukan profesor diatas, terkait fenomena santri yang memburu sisa minuman Kiai dapat dibantah berdasarkan hasil temuan penelitian yang telah ada. Dr. Masaru Emoto dalam bukunya The Hidden Message in Water, menguraikan bahwa air bersifat bisa merekam pesan, seperti pita magnetik atau compact disk.

Semakin kuat konsentrasi pemberi pesan atau pemberi doa, maka semakin dalam pula pesan yang akan tercetak di dalam molekul-molekul air tersebut. Kemudian molekul-molekul air yang sudah diberi pesan itu bisa mentransfer pesan tadi melalui molekul-molekul air yang lain. Barangkali temuan ini bisa menjelaskan, kenapa air putih yang didoakan bisa menyembuhkan si sakit.

Dr. Emoto dalam proses penelitiannya, berkeliling dunia melakukan percobaan dengan "air" di Swiss, Berlin, Prancis, Palestina, dan ia kemudian diundang ke Markas Besar PBB di New York untuk mempresentasikan temuannya pada bulan Maret 2005 silam.

Berdasarkan pemaparan di atas. Fenomena santri pemburu sisa minuman Kiai, selain mempunyai sisi tidak baik dalam kesehatan menurut aturan medis. Namun, juga memiliki sisi positif yang bersifat spiritual. Air mampu merekam pesan berupa kata-kata yang bersifat baik maupun do'a-do'a yang baik. 

Sebagaimana seorang Kiai yang identik dikenal sebagai orang alim, ahli dzikir, ahli ibadah dam yang selalu menyerukan pada kebenaran dan kebaikan. Ini mampu dijadikan alasan para santri yang memiliki "beliefs", keyakinan bahwa adanya berkah dan kebaikan dibalik sisa air minum seorang Kiai. Apalagi sisa air minum sang Kiai yang seusai mengajar ngaji atau mengisi pengajian, jika dihitung seberapa banyak kalimat tayyibah, kata-kata positif bahkan ayat-ayat Al-Qur'an yang mampu direkam dan diserap oleh air yang bercampur dalam sebuah molekul air.

Realitanya, membawa adanya "kebenaran" sebuah realita yang bersifat adi kodrati kedalam dunia akedemisi memang tidak mudah. Misal, sisa minuman Kiai yan. memiliki nilai plus dan mampu mendatangkan "berkah". Kita sedang berbicara tentang dunia akademisi bukan sekedar asumsi, kalimat ini selalu dijadikan alasan.

Mungkin disinalah letak kedewasaan akademik itu uji. Hal terpenting bukan pada masalah benar dan ketidakbenaran, namun lebih pada saling adanya penerimaan terhadap banyaknya pemahaman. Tidak sependapat itu lumrah dan logis namun jangan sampai membawa pada sikap anti dan sentimensi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun