Pembelajaran yang mudah diterima siswa tidak hanya didapatkan dari duduk di kelas sambil mendengarkan guru ceramah. Namun, dapat dilakukan melalui pembelajaran  di luar kelas seperti di halaman, kunjungan ke museum, ke kebun binatang dan lain sebagainya.
Salah satu bentuk pembelajaran di luar kelas yang bebas dan menyenangkan seperti yang sedang dirancang oleh salah satu Tim PKM Universitas Slamet Riyadi terdiri dari Rebecca Tika Kristiawan (mahasiswa PGSD), Okni Sianurjanah (mahasiswa Manajemen), dan Catur Wijayanto (mahasiswa PTI) tergabung dalam PKM-VGK (Program Kreativitas Mahasiswa Video Gagasan Konstruktif) dengan dosen pembimbing Ibu Ema Butsi Prihastari M.Pd yaitu pembelajaran menggunakan bus. Â
Bus yang digunakan yaitu bus Werkudara, bus tingkat dengan kapasitas sekitar 50 orang bekerjasama dengan Dihubkominfo kota Surakarta, bus Werkudara akhirnya beroperasi  utnuk menemani belajar siswa kelas III SD Negeri Wonosaren untuk berkeliling kota Solo. Kegiatan dilaksanakan pada Rabu, 19 Juli 2022 pada saat kegiatan olahraga di kelas tersebut.
Pembelajaran dilakukan di dalam bus dengan sangat menyenangkan dan antusias siswa untuk menerima materi yang disampaikan  guru secara lebih santai dibandingkan di kelas membuat siswa semangat belajar. Siswa diajak untuk mengamati lingkungan sekitar sepanjang perjalanan menggunakan Bus Werkudara dan dilakukan tanya jawab bersama guru dan teman sebayanya tentang apa saja yang mereka lihat sepanjang perjalanan.Â
Banyak hal yang bisa disampaikan siswa dan menjadi bahan pertanyaan kepada guru mereka. Selain menjadi penyegaran dalam dunia pendidikan, kegiatan pembelajaran di luar kelas menjadikan siswa lebih banyak tahu akan lingkungan sekitarnya. Seperti, bagaimana harus menjaga, merawat, dan melestarikan budaya khususnya budaya Surakarta.
Program ini disambut juga oleh Ibu Kepala Sekolah untuk membangkitkan semangat siswa dalam belajar pasca pandemi. Pembelajaran yang selama ini dilakukan secara daring dari rumah di kota Solo berangsur-angsur mulai dilakukan secara tatap muka terbatas. Menurut beliau, kondisi siswa belum siap benar dengan diberlakukannya tatap muka. Siswa masih malas-malasan untuk ke sekolah, sulit untuk fokus dengan guru di kelas karena di rumah sering diberikan gadget oleh orangtuanya dan masih banyak lagi permasalahan yang dihadapi sekolah pasca pandemi. Kepala Sekolah berharap program ini bisa dilakukan di sekolah-sekolah lain secara berkala, agar siswa semangat belajar dan guru memiliki metode belajar yang lebih bervariatif dengan pembelajaran di luar kelas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H