Mohon tunggu...
Ema Yaskur
Ema Yaskur Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Memilih sebagai ibu rumah tangga |\r\nMenjadi pembelajar di sekolah kehidupan | Tebarkan salam untuk semua....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Belajar di Sekolah Ramadhan

16 Agustus 2012   08:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:41 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Belajar di Sekolah Ramadhan

Namanya Sekolah Ramadhan. Sekolahnya ada dimana-mana, di seluruh dunia. Murid-muridnya ada dari semua golongan umur. Ada anak-anak TK, SD sampai dengan mahasiswa, dosen, profesor, santri, kyai dan dari berbagai profesi dan latar belakang sosial lainnya.

Namanya Sekolah Ramadhan. Pelajarannya standar internasional, bahkan standar dunia dan akhirat. Dan lagi-lagi pelajarannya mengikuti standar kurikulum yang sama. Masa belajarnya satu bulan penuh. Jam pelajarannya, mulai terbit matahari hingga terbenamnya. Itu untuk pelajaran pokok, yaitu pelajaran puasa. Jam pelajaran tambahan, mulai selepas Salat Isya sampai dengan masuk waktu Salat Subuh, yaitu pelajaran Tarawih dan Witir. Ada juga pelajaran tambahan yang tidak terikat oleh ruang dan waktu, yaitu Tilawah Al-Quran dan Sedekah.

Namanya Sekolah Ramadhan. Guru sekaligus kepala sekolahnya adalah langsung Allah SWT, Raja Manusia, Tuhan Manusia. Dia yang mengajari, mengawasi dan menemani murid-murid dari segala tingkatan usia, segala jenjang akademik, semua bidang profesi, dan strata sosial, dalam mengikuti pelajaran pokok dan berbagai mata pelajaran tambahan di Sekolah Ramadhan.

Namanya Sekolah Ramadhan. Murid-muridnya bersuka cita, bergembira bersama sanak famili, handai taulan, kaum kerabat dan teman-teman, setiap hari. Penuh suasana kebersamaan. Makan berbuka bersama, makan sahur bersama, salat tarawih bersama, tilawah dan tadarus bersama, berpuasa, dan bersedekah bersama. Apalagi setelah habis masa satu bulan belajar, mereka merayakan kemenangan di kampung halaman, tanah kelahiran. Bergembira, tidak terkecuali murid-murid yang tidak ikut belajar, atau yang ikut sebagian saja mata pelajaran, yang pokok maupun yang tambahan.

Namanya Sekolah Ramadhan. Murid-murid yang lulus mata pelajaran puasa, mereka akan berpuasa sepanjang tahun dari memakan dan minum semua yang diharamkan oleh agama maupun oleh manusia. Mereka berpuasa dari makanan dan minuman hasil korupsi, mencuri, menipu dan apalagi dengan cara merampas dan melukai orang lain. Mereka sudah belajar di Sekolah Ramadhan untuk berpuasa tidak makan dan minum, walaupun makanan dan minuman yang jelas-jelas halal. Jangankan berpuasa dari makanan haram, bahkan berpuasa dari makanan yang halal sekalipun, mereka sudah mampu menahannya.

Namanya Sekolah Ramadhan. Murid-muridnya yang lulus mata pelajaran puasa, mereka akan berpuasa sepanjang hidupnya untuk tidak berhubungan dengan lawan jenis yang diharamkan. Mereka sudah belajar di Sekolah Ramadhan untuk berpuasa dari istri yang halal, yang dinikahi dengan sah dengan disaksikan orang banyak. Jangankan berpuasa dari pasangan yang tidak dan atau belum sah, bahkan berpuasa dari pasangan yang sah sekalipun sudah mereka jalankan.

Namanya Sekolah Ramadhan. Murid-muridnya yang lulus mata pelajaran Tarawih dan Witir, mereka akan giat menegakkan salat wajib lima waktu sehari semalam, tanpa bolong-bolong. Mereka sudah belajar di Sekolah Ramadhan betapa Tarawih dan Witir yang hanya sunnah (sekedar anjuran, bukan kewajiban), dikerjakan berbilang rakaat (satuan gerakan berdiri, ruku, dan sujud), mereka kerjakan secara berjamaah, dalam satu waktu, apalagi salat wajib yang bilangan rakaat terbanyak hanyalah empat saja, dan dikerjakan dalam lima waktu sehari semalam, maka mereka akan lebih mudah mengerjakan salat yang wajib lima kali sehari semalam.

Namanya Sekolah Ramadhan. Murid-muridnya yang lulus mata pelajaran Sedekah, mereka akan mengeluarkan zakat dari harta perdagangan dan penghasilan rutinnya. Harta perdagangan yang asset bergulirnya melebihi harga 85 gr emas, mereka keluarkan zakatnya 2,5 persen setahun sekali. Demikian juga, pengahasilan rutinnya, per bulan, per tender, atau per order, yang melebihi harga 520 Kg beras, mereka keluarkan zakatnya 2,5 persen, setiap kali mereka mendapatkannya. Mereka sudah belajar, jangankan zakat yang wajib, sedekah yang sunnah (anjuran) saja, mereka sudah biasa mengeluarkannya.

Semoga kita yang bergembira di hari raya adalah termasuk murid-murid yang lulus mata pelajaran di Sekolah Ramadhan. Bukan murid-murid yang berpesta dengan segala baju baru, dan kemeriahan hari lebaran, padahal mereka tidak belajar apa-apa. Minal Aidin Wal Faizin, Mohon Maaf Lahir dan Batin. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1433 H.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun