Suamiku adalah guruku. Guru putra-putri kami di rumah. Aku banyak belajar darinya. Ada banyak hal yang aku pelajari dari orang yang dipanggil "Ayah" oleh anak-anakku, anak-anaknya. Suamiku adalah guruku. Entah apa alasan sang guru mengajarkan putri pertama ter-CINTA memanggilnya "Ayah", bukan "Abi" seperti kebanyakan keluarga islami teman-temanku. Sampai sekarang panggilan itu diikuti oleh dua orang adik-adiknya. CINTA yang tulus. Sang guru sangat perhatiannya dengan anak-anak buah CINTA kami. Dia menjadi kebanggaan saya istrinya dan anak-anak. Kadang-kadang aku merasa bahwa dia seolah-olah adalah "Ayah"-ku, sekaligus suamiku. Aku merasakan dia begitu dewasa dan sangat mengayomi. Padahal usiaku hanya terpaut tiga bulan saja lebih muda darinya. Trus, apa hubungannya dengan kancil dan raja hutan?
OK, judul itu adalah dongeng yang diceritakan oleh sang guru kepada tiga permata hati kami. Dongeng itu begitu berkesan bagi mereka. KERJA yang bagus. Aku memang harus banyak belajar dari suamiku, bagaimana dia mendongeng. Tidak bosan-bosannya anak-anak meminta ayah mereka mendongengkan cerita kancil tersebut pada hari-hari yang lain. Sampai anak-anak begitu hapal dengan dialog yang terjadi dalam dongeng tersebut.
Suatu hari Harimau si raja hutan merasa lapar. Dia memanggil seekor sapi ke rumahnya.
"Sapiiiiii.....masuk rumah saya. Coba cium bau apa?!" perintah sang raja.
"Ampun Tuan Raja....rumah tuan bau tidak sedap" jawab sapi jujur, setelah mengendus sekeliling rumah harimau yang memang banyak kotorannya.
"Apa?!" harimau bertanya murka
"Kamu menghina saya, maka kamu saya makan. Hup!" sang raja langsung memangsa korbannya.
Selang beberapa waktu si raja hutan merasa lapar lagi. Sekarang saya mau makan kambing. Dia memanggil kambing ke rumahnya.
"Kambiiiiiing.....masuk rumah saya. Coba cium bau apa?! perintah sang raja.
Setelah mengendus bau tak sedap, kambing mencoba membohongi harimau, takut kalau dimakan seperti sapi yang jujur. "Ampun Tuan Raja....rumah tuanku bau wangi" jawab kambing berpura-pura, sambil berharap sang raja hutan merasa senang tersanjung.
"Apa?!" bentak sang raja murka.
"Kamu memang pembohong. Rumah saya banyak kotoran yang belum dibersihkan. Kamu saya hukum. Hup!" harimau langsung memangsa kambing dengan buas.
Beberapa hari kemudian, si raja hutan merasa lapar lagi. Dia ingin menikmati daging kancil. Sang raja memanggil kancil ke rumahnya.
"Kanciiiil.....masuk rumah saya. Coba cium bau apa?" perintah raja.
Belajar dari dua temannya, kancil tidak mau gegabah. Sapi menjawab dengan jujur disangka menghina sang raja, akhirnya dimakan. Kambing menjawab dengan berpura-pura juga dimakan si raja yang kelaparan.
"Kanciiiiil....cepat jawab bau apa?" sang raja mulai tidak sabar.
"Ampun tuan raja....saya sudah berusaha mencium seisi rumah tuanku, tapi tidak mencium bau apa-apa. Karena sekarang saya sedang flu dan pilek" jawab kancil cerdik, setelah mengendus rumah sang raja.
"Ya sudah kamu pulang dulu berobat, nanti datang kesini lagi" kata sang raja.
Akhirnya kancil selamat tidak dimakan sang raja karena kecerdikannya.
Begitulah cara guruku mengajari tiga buah CINTA kami, dengan dongeng yang menarik.
Hasilnya ternyata dongeng sebelum tidur merupakan KERJA yang bagus. Mengajari anak-anakku mampu bercerita dengan dialog-dialog yang hidup. HARMONI kehidupan rumah tangga menjadikan kami manusia-manusia pembelajar untuk menjadi lebih damai dan bahagia. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H