Mohon tunggu...
Emi Febrina Ningrum
Emi Febrina Ningrum Mohon Tunggu... -

Pencari makna. "Menulislah, maka hidupmu akan bersejarah" :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Degradasi Moral, "PR" Setiap Orang Tua

25 April 2018   10:23 Diperbarui: 25 April 2018   10:35 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beberapa minggu yang lalu, saya diberikan kesempatan untuk mengajar pada empat SD. Awalnya ketika saya memulai dengan salam begitu antusias dan perhatian terpusat kepada saya. Selang beberapa menit kemudian, kelas begitu sulit untuk dikendalikan. Saya begitu terkejut melihat sikap anak SD saat ini. Rasa hormat terhadap guru mulai hilang. Ketika guru memberikan nasihat justru siswa semakin menjadi untuk membantah. Melihat fenomena ini, memori saya menjadi kembali ke sepuluh tahun silam.

Dahulu, anak SD begitu menghormati guru dan orang yang jauh lebih tua. Bagi kami yang tinggal di tanah Jawa, sebagai bentuk rasa hormat terhadap guru, ketika berbicara dengan guru biasanya menggunakan bahasa Jawa krama inggil atau bahasa Indonesia. Kini sudah sangat jauh berbeda, degradasi moral terus menggerus mental generasi bangsa Indonesia.

Melihat kenyataan ini, sudah seharusnya pemerintah mulai merenungkan uapaya demi upaya untuk memperbaiki moral generasi bangsa. Berbagai tindak amoral mulai dari yang kecil hingga kelas kriminal terus menghantui bangsa Indonesia. Tindak amoral yang kecil seperti mencontek, membantah guru, memusuhi teman sampai tindak kriminal seperti pencurian, penganiayaan, dan pembunuhan. Kenyataan ini perlu dicari akar penyebabnya.

Perhatian Orang Tua

Tiga hal yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan moral generasi bangsa Indonesia adalah keluarga, sekolah, dan masyarakat. Selain itu, kini ditambah dengan perkembangan teknologi. Perkembangan handphone lengkap dengan berbagai aplikasi canggihnya menjadikan setiap siswa mampu melihat dunia tanpa batas. 

Namun, jika dapat ditelisik untuk anak usia SD orang tua memainkan peran penting. Akan tetapi, pada kenyataannya justru banyak orang tua menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya kepada pihak sekolah. Keberhasilan akademik dan budi pekerti sepenuhnya diserahkan kepada pendidikan dan pengajaran di kelas. 

Orang tua siswa di pedesaan memiliki pengetahuan yang rendah untuk membantu memantau perkembangan akademik dan moral anak. Rata-rata orang tua siswa di pedesaan adalah lulusan sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Sehingga, perhatian orang tua terhadap pendidikan anak rendah. Sementara itu, orang tua siswa di perkotaan memiliki taraf pendidikan yang lebih tinggi namun waktu untuk memperhatikan pendidikan anak kurang karena sibuk untuk bekerja di luar rumah. Oleh karena itu, pendidikan dan pengajaran hanya diserahkan kepada pihak sekolah.

Di SD, pendidikan moral memang terus digencarkan melalui berbagai strategi. Salah satu cara yang belakangan ini digalakkan untuk pendidikan moral adalah melalui kurikulum 2013. Melalui kurikulum 2013 di SD, pendidikan moral dioptimalkan melalui kompetensi sikap religius dan sosial yang dimasukkan dalam konten pembelajaran. Pendidikan moral di SD lebih diutamakan dibandingkan dengan aspek pengetahuan dan keterampilan. Selain itu, pendidikan moral juga diaplikasikan melalui kegiatan ekstrakurikuler Pramuka di SD sebagai ekstrakuriler wajib.

Pendidikan Moral Tanggung Jawab Bersama

Walaupun pendidikan moral terus digencarkan di sekolah, namun jumlah waktu anak di sekolah lebih sedikit dibanding jumlah waktu anak di luar sekolah. Jika pendidikan moral yang menjadi tanggung jawab sepenuhnya pihak sekolah, pasti hal ini tidak efektif. Ketika pihak sekolah telah secara maksimal menanamkan pendidikan moral, lalu lingkungan di luar sekolah tidak mendukung maka pendidikan moral akan hanya menjadi sebatas mimpi.

Penyebab degradasi moral yang utama adalah lingkungan anak di luar sekolah serta dipengaruhi oleh baik buruknya kontrol orang tua dan masyarakat. Ketika di kelas anak bertemu dengan lingkungan yang baik, namun ketika berada dalam keluarga dan masyarakat tidak pernah tau ia akan bertemu dengan siapa. 

Anak yang kurang perhatian dalam sebuah keluarga akan mencari perhatian di luar. Ketika ia bertemu dengan orang yang baik maka ia akan menjadi baik, sedangkan ketika ia bertemu dengan orang yang buruk maka ia akan terpengaruh. Ditambah lagi dengan kecanggihan Hp lengkap dengan fasilitas internet saat ini. Anak bebas mengakses apapun dalam sekali "klik", entah situs yang layak dengan perkembangan anak ataukah tidak. Dengan hal ini, maka permasalah moral anak saat ini menjadi semakin kompleks.

Melihat fenomena tersebut, maka komponen penting yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan pendidikan karakter adalah orang tua. Pada usia SD, orang terdekat anak adalah orang tua. Pada masa ini pemaksimalan pendidikan moral perlu dilakukan oleh setiap orang tua. Apapun latar belakang pendidikan, pekerjaan, dan sosialnya, orang tua wajib mencurahkan sepenuhnya perhatian terhadap anak dan memahami apa yang harus dilakukan untuk melakukan pendidikan moral di rumah. Kontrol yang baik dari orang tua dapat meminimalisir pengaruh anak dari dunia luar.

Oleh karena itu, pendidikan moral bukan hanya menjadi tanggung jawab sekolah namun juga menjadi pekerjaan rumah bagi setiap orang tua. Pemerintah juga sudah seharusnya membuat berbagai program untuk mengembangkan pendidikan moral pada setiap keluarga. Hal ini dilakukan untuk memutus rantai degradasi moral yang terus terjadi pada bangsa Indonesia.  Pendidikan moral bukan hanya menjadi tanggung jawab "mereka" namun menjadi tanggung jawab "kita"!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun