“Orang Pintar, Minum Tolak Angin,” siapa yang tak kenal dengan tag line iklan tersebut. Saya yakin, persepsi kita sama. Ini adalah produk jamu yang dikemas secara modern bernama Tolak Angin.
Tolak Angin - Pengobatan tradisional tak asing di kehidupan masyarakat. Pengobatan dan obat tradisional telah menyatu dengan masyarakat dan digunakan untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan baik di desa maupun kota besar. Berbagai jenis pengobatan tradisional telah dikenal sejak zaman nenek moyang dan berkembang seiring dengan perkembangan kebudayaan masyarakat. Perkembangan pengobatan tradisional yang makin beragam di tengah masyarakat menuntut perhatian semua pihak untuk menjamin keamanan konsumen atau pengguna pengobatan tradisional.
Pengobatan tradisional merupakan suatu upaya menjaga kesehatan dengan cara lain dari ilmu kedokteran dan berdasarkan pengetahuan yang diturunkan baik secara lisan maupun tulisan yang berasal dari Indonesia atau luar Indonesia. Obat tradisional merupakan obat yang dibuat dari bahan atau perpaduan bahan-bahan yang berasal dari tanaman, hewan, atau mineral yang belum berupa zat mumi meliputi jamu gendong, jamu berbungkus, simplisia, dan obat tradisional Obat kelompok fitoterapi.
World Health Organization menyatakan pengobatan tradisional adalah ilmu dan seni pengobatan himpunan dari pengetahuan dan pengalaman praktik, baik diterangkan secara ilmiah maupun tidak, dalam melakukan diagnosis, prevensi dan pengobatan terhadap ketidakseimbangan fisik, mental, atau sosial. Pedoman utama adalah pengalaman praktik berupa hasil pengamatan sosial, diteruskan dari generasi ke generasi, baik secara lisan maupun tulisan.
Tolak Angin termasuk dalam kategori jamu bungkus berbentuk cair. Namun, tahukah Sahabat Kata, bahwa Tolak Angin Cair yang saat ini kita konsumsi awalnya berupa Jamu Godokan dengan formulasi tetap yang mengalamai inovasi terus menerus sepanjang kiprahnya mewarnai dunia Jamu di Indonesia?
Sejarah Tolak Angin, Jamu Legendaris 88 tahun
Bertempat di lingkungan Masjid Huda, Langgar Duwur, serta Bangunan Rumah Tua di Kota Gede, Yogyakarta saya berkesempatan meliput proses pembuatan iklan Sejarah Tolak Angin, Sabtu (27/5) lalu. Turut hadir Irwan Hidayat selaku Director of PT. Sido Muncul Tbk dan Maria Hidayat selaku Vice Director of PT. Sido Muncul Tbk mengawasi secara langsung proses pembutan iklan tersebut.
“Tolak angin inikan produk lama, diformulasikan pertama kali tahun 1930 oleh nenek saya. Dibuat untuk kepentingan anak-anaknya yang sakit. Trus tahun 1940 dia punya toko seperti ini (Toko Djamu). Produk pertama tolak angin dalam bentuk godokan, cara minumnya direbus dulu. Tahun 1952 mendirikan Sido Muncul, membuat dalam bentuk serbuk, dibuat supaya masyarakat bisa minum tolak angin, formulanya persis sama yang dulu,” jelas Irwan saat ditanya tentang produk Tolak Angin.
Sambil berdiri di balik meja jamu, Pak Irwan Hidayat meretas ruang dan waktu. Ia berkisah, Neneknya bernama Ibu Rahmat Sulistio pandai meracik jamu sejak tahun 1930 untuk kebutuhan kesehatan keluarga. Saat itu keluarga neneknya masih tinggal di rumah No.8 Kampung Ketandan, Yogyakarta.
Berkat ketelitian dan ketekunan Ibu Rahmat Sulistio menemukan ramuan untuk masuk angin pada tahun 1941. Bertempat di kediamannya, Ibu Rahmat menjual ramuan masuk angin ini untuk masyarakat umum dalam bentuk rempah-rempah yang diberi nama Jamu Godokan Tolak Angin di Toko Djamu yang mengambil sekat dari bagian rumahnya.