Sedang marak di lini masa sosial media tentang hidup frugal. Hakekatnya frugal living adalah hidup cermat dan berkesadaran saat mengeluarkan pundi-pundi uang. Gaya hidup ini mencuat sebagai oase di tengah menjamurnya jeratan pinjaman online. Dari beberapa referensi dan seminar yang saya ikuti, ada beberapa langkah mendasar dari hidup frugal. Pertama adalah melakukan financial check up untuk mengetahu kondisi keuangan eksisting. Dari audit keuangan kita bisa merefleksikan pengeluaran mana yang membuat boncos, sehingga menjadi modal dalam memetakan strategi finansial masa depan.
Beberapa tahun belakangan seiring dengan peningkatan harga kebutuhan dasar, mau tak mau ada beberapa pos keuangan yang harus direm. Hasil audit kecil-kecilan pengeluaran satu bulan, ternyata pengeluaran yang offside di keluarga kami ada di pos transportasi. Harga BBM yang melonjak, tarif parkir yang bisa mencapai puluhan ribu sehari dan biaya tol menjadi beberapa variabel yang membuat pengeluaran melonjak. Tak dipungkiri, hidup di kota besar dengan mobilitas yang tinggi membuat sebagian besar masyarakat lebih nyaman menggunakan kendaraan pribadi. Â
Kami sekeluarga terdiri atas 4 orang, pada akhir pekan setidaknya ratusan ribu rupiah yang harus dikeluarkan untuk biaya parkir, bensin dan tarif tol. Mau tidak mau saya selaku menteri keuangan keluarga harus putar otak untuk mencari cara menekan anggaran terutama pos transportasi.
Kebetulan lokasi rumah kami tidak jauh dari Stasiun Duren Kalibata. Saya sendiri sudah terbiasa naik Kereta Rel Listrik (KRL) untuk bepergian, tapi anak-anak jarang sekali naik KRL. Mengajak anak naik transportasi umum cukup menantang, apalagi anak-anak sudah terbiasa dengan nyamannya duduk manis di mobil pribadi.
Merubah gaya hidup dari yang sebelumnya kemana-mana naik mobil memerlukan peran dari seluruh anggota keluarga. Pelan-pelan saya sampaikan ke anak-anak bahwa kita akan mulai beralih naik angkutan umum dan di akhir pekan kita akan berpetualang naik kereta. Anak diberi pengertian bahwa transportasi massal menjadi opsi yang cepat, murah dan ramah lingkungan. Kebetulan pas sekali dengan tema pembelajaran Pendidikan Lingkungan dan Budaya Jakarta (PLBJ) yang sedang mempelajari transportasi umum. Anak-anak juga saya minta untuk mempelajari peraturan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan di KRL dan bagaimana melakukan tapping di gate masuk maupun keluar.
Berbekal riset kecil-kecilan di media sosial, saya membuat daftar tempat wisata murah meriah yang bisa dijangkau dengan KRL. Beruntung, saat ini transportasi di Jakarta sudah terpadu dan terintegrasi dengan MRT, Jaklingko ataupun Trans Jakarta yang membuat ruang publik di sekitarnya kian semarak.
Transportasi terintegrasi di Dukuh Atas memudahkan penumpang berganti moda transportasi dari KRL ke MRT (dok. pribadi)Â
Beberapa Pilihan Destinasi Wisata Murah Meriah di Dekat Stasiun
![Transportasi terintegrasi di Dukuh Atas memudahkan penumpang berganti moda transportasi dari KRL ke MRT (dok. pribadi)Â](https://assets.kompasiana.com/items/album/2023/08/23/whatsapp-image-2023-08-23-at-11-35-32-64e58cc84addee2237190cf6.jpeg?t=o&v=770)
Pilihan pertama sebagai pemanasan, kami memilih pergi ke tempat yang terlampau jauh. Car free day di Jalan Sudirman kami jadikan lokasi uji coba. Dari rumah kami berjalan kaki sekitar 10 menit ke Stasiun Duren Kalibata menuju ke Stasiun Sudirman. Saya dan suami sudah memiliki kartu pembayaran elektronik, sedangkan anak-anak masih belum memiliki sehingga kami membeli Kartu Multi Trip (KMT) di stasiun. Harganya tentu saja jauh lebih murah dibandingkan ongkos parkir yang harus kami bayar jika menggunakan mobil, belum lagi ongkos tak terlihat seperti upah "Pak Ogah" di setiap perempatan.
Pilihan wisata murah meriah selanjutnya jatuh ke Kota Tua Jakarta, yang berlokasi tak jauh dari Stasiun Jakarta Kota. Kebetulan kami juga mau menyumbangkan beberapa buku di perpustakaan Bookhive yang ada di dekat Museum Fatahillah. KAI commuter yang kami tumpangi cukup ramai tapi tak berdesakan. Anak-anak sempat berdiri beberapa stasiun sebelum mendapatkan kursi. Lucunya anak-anak tak sedikit pun mengeluh, mungkin karena AC yang sejuk dan hiburan yang disajikan di TV selama perjalanan serta waktu yang relatif cepat. Padahal awalnya saya khawatir anak-anak akan bosan selama perjalanan. Di Stasiun Kota kami dikejutkan dengan banyaknya pilihan kuliner yang bisa dipilih. Suasana stasiun bersih meski gedung stasiun sudah berusia tua, dilengkapi pula dengan mushola dan toilet yang nyaman.
Pada kesempatan lain, kami berolah raga di hari sabtu naik KRL ke kampus Universitas Indonesia. Dari Stasiun Pondok Cina kami berjalan kaki menyusuri jogging track yang tersedia. Beberapa kali kami singgah untuk sekedar berfoto ataupun minum. Kami juga tidak kesulitan membeli air mineral dan kudapan di kios minimarket yang tersedia di stasiun.
Destinasi wisata murah meriah lain tentunya masih sangat banyak, misalnya Tebet Eco Park di dekat Stasiun Cawang, Kebun Raya Bogor yang tak jauh dari Stasiun Bogor atau wisata edukasi ke Perpustakaan Cikini yang bisa ditempuh dari Stasiun Gondangdia atau Stasiun Cikini.Â