Mohon tunggu...
Ely Widyaswati
Ely Widyaswati Mohon Tunggu... Penulis - Seorang Pembelajar

Mengukir nasihat melalui rangkaian kata yang tersirat makna. Mengikrar tenang atas rangkuman catatan bersarana pena. Semoga hal baik selalu menjumpai pada tiap-tiap bait yang ditafsirkan. Selamat menyelami selaksa kronik atas perjalanan yang disuguhkan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Benderang Pulang Panjang: Surga Tersembunyi Bumi Kartini

29 Januari 2025   17:55 Diperbarui: 29 Januari 2025   20:17 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selumbari ujian lisan beratas namakan Komprehensif dengan dalih persamaan perspektif agar tidak terjadi learning loss telah usai kujalani. Berjibaku mempelajari sepuluh mata kuliah untuk diujikan pada tiap-tiap ruangan yang berisikan dosen penguji. 'Tenangkan hatimu, sebab langkahmu dibersamai doa-doa yang terpuji. Ayah ibu selalu menyemangati, materi pun telah rampung dipelajari. Lantas hal apa yang membuatmu ragu untuk tak meyakini keberhasilanmu wahai diri?' Begitu hatiku selalu bergumam, dan ya Alhamdulillah puji syukur ujian diberikan kemudahan, kelancaran, dan tercapai nilai yang mengharu birukan ayah ibu di semester ini.

Tepat pada tanggal 12 Januari 2025 perjalanan penuh makna itu dimulai. Dua hari setelah ujian komprehensif selesai dijalani. Perjalanan penuh pembelajaranku dimulai. Biasanya aku selalu mencari jeda dari hiruk pikuk peningnya kota di tanah rimba, menyasak rimbunnya hutan untuk sekadar mendengar suara hening alam. Namun, awal tahun ini berbeda rupanya. Aku memilih mengambil jeda ke sudut utara Jawa. Ya, Jepara; Bumi Kartini. Awalnya berniat ke Karimun Jawa tapi belum waktunya, semoga dilain kesempatan Allah dapat mengizinkan. Di bumi Kartini ini aku menelisik beberapa sejarah yang ada di kota indahnya. Mengunjungi Museum Ibu Kita Kartini yang penuh pembelajaran berharga nan inspiratif untuk kawula muda saat ini, lebih-lebih bagi para perempuan yang seyogianya mencerdaskan diri sebelum kelak mencerdaskan bangsa. Aku berbicara seperti ini, sebab realitanya perempuan pada zaman sekarang telah banyak kehilangan moralitas diri, lantas bagaimana kelak nasib bangsa yang tiangnya ada pada perempuan? Huh sungguh menjadi momok memprihatinkan, bahan untuk mengevaluasi diri yang sejati. Nanti, kalau berbicara pada sub bab ini rasanya tak lagi terarah pada judulnya bukan? Maka InsyaAllah ku bahas pada catatan berikutnya.

Singkat cerita, bus yang aku tumpangi melaju dengan konstan, setelah sejenak mampir ke Museum bersejarah itu. Tak terhitung lama mungkin kisaran seperempat jam akhirnya sampai ke Pantai Bandengan Jepara. MasyaAllah pantai cantik dengan pasir putihnya yang menawan, cangkang kerang banyak sekali terdampar di tepiannya. Sudah dipastikan aku langsung mencari cangkang kerang yang cantik untuk kubawa pulang. Dengan alasan sebagai penghias akuarium di rumah. Padahal akuarium pun telah penuh dengan banyak kerang, namun tentunya tak sebesar dan seaneka rupa macamnya seperti yang kutemui di Pantai Bandengan Jepara ini. Karena ya, memang aku baru pertama kali menjejakkan langkah di pesisir utara laut Jawa ini sehingga dibuat takjub akan banyak hal baru yang aku temui. Selebihnya dan seringnya kaki menjejak ke pesisir selatan laut Jawa; Jogja, Wonogiri, dan Pacitan.

Satu hal yang membuat Jepara berbeda dengan pantai-pantai di pesisir selatan laut Jawa yaitu ombaknya yang cenderung tenang, tidak banyak buih, dan terlihat lebih bening air lautnya. Selain itu, di pesisir laut utara Jawa ini terdapat beberapa pulau-pulau kecil yang dapat disinggahi dengan sarana perahu nelayan. Seperti salah satu pulau yang kusinggahi yakni Pulau Panjang, pulau indah yang berada nun jauh diseberang Pantai Bandengan dan Pantai Kartini, untuk menuju kesini pun perjalanan pulang pergi harus ditempuh selama 1 jam kendaraan laut bersarana perahu nelayan. Retribusi masuk pulau hanya 8 ribu, dan tiket perahu hanya merogoh kocek sebesar 25 ribu saja sungguh teramat murah bukan? 25 ribu itu bukan hanya sekali jalan, melainkan (PP) ya pulang pergi.

Ternyata ketika sudah berada dilaut lepas ombak yang menerjang cukup ganas, liar dan bisa saja membuat mabuk perjalanan jika tidak meminum obat terlebih dahulu, sebagai antisipasi karena goncangan gelombang laut lebih ngilu daripada sekadar mabuk darat. Ombak yang berulang menerjang membuat basah pakaian hingga wajah pun terasa sangat asin seperti dimarinasi hehe. Indah nian memang melintasi laut utara Jawa dengan dersik angin yang mengiringi perahu sederhana ini. Dan sesampainya disana semesta langsung menyuguhkan pemandangan yang luar biasa cantik nan mengagumkan.

Perahu Nelayan Jepara (Arsip Pribadi: Ely Widyaswati)
Perahu Nelayan Jepara (Arsip Pribadi: Ely Widyaswati)

Pulau panjang merupa surga tersembunyi selain Karimun Jawa, pasirnya begitu lembut putih memesona, deru ombaknya pun sangat menenangkan jiwa. Rasanya aku betah jika harus berhari-hari tinggal disana, namun tidak begitu adanya, sebab tadi pun sudah diwanti-wanti ketika turun dari perahu sederhana. Nahkodanya telah berujar hanya diberikan waktu satu jam untuk menikmati pesisir indahnya, selebihnya diusahakan untuk segera kembali ke perahu mengingat semakin senja ombak semakin tinggi. Pada akhirnya sore kunikmati bersama gelombang perahu kala kembali ke Pantai Bandengan. Tak ada indah jingganya senja, sebab sore itu awan murung karena mendung. Sebenarnya aku juga murung meski hanya sedikit, tersebab belum puasnya diri untuk dijamu lama oleh Pulau Panjang nan indah itu. Ah tak mengapa mungkin dilain kesempatan, Allah kan kembali mengizinkan untukku dapat singgah kesana, menabur cerita dan membawa pulang kenang yang teramat riang tak terkira. Semoga dilain kesempatan pula, Allah izinkan untukku dapat kembali kesana bersama orang-orang yang teramat aku kasihi, orang-orang yang tak henti memberi doa ketulusan sebagai naungan keselamatan. Semoga Allah mengizinkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun