Mohon tunggu...
Ely Widyaswati
Ely Widyaswati Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Menjadi mahasiswa merupakan kesempatan emas untuk bertumbuh lebih baik lagi, salah satu hal yang menunjang saya untuk senantiasa bertumbuh adalah dengan menulis. Karena menulis merupakan pijakan awal untuk melompat lebih tinggi menggapai masa depan yang mumpuni. Muda berkarya, tua bercerita.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Pesona Jobolarangan: Selubung Keindahan Gunung Lawu Purba

22 Januari 2025   12:29 Diperbarui: 22 Januari 2025   20:01 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alam Raya Gn. Jobolarangan (Arsip Pribadi: Ely Widyaswati)

Catatan perjalananku dimulai pada 30 Desember 2024 tepat sehari sebelum berakhirnya tahun penuh juang itu, aku menepi mengambil jeda di antara banyaknya diktat perkuliahan yang melambai menuntut segera diselesaikan. Jika dihitung tepat sudah setahun aku vakum dari dunia pendakian, sebab pelik hal yang banyak mendera hingga dipaksa rehat sementara karena hal yang tak baik-baik saja.

Alhamdulillah, 2024 menuntunku untuk menjadi pribadi yang lebih tangguh lagi. Merupa karang yang tetap teguh meski diterpa ombak yang terus menyerang. Jobolarangan menjadi gunung yang mengukirkan banyak makna bagiku. Awal tahun tepatnya tanggal 6 Januari 2024 aku pertama kali mendaki ke Gunung Jobolarangan ini. Via Wonomulyo, Genilangit, Magetan menjadi titik pijakan pertama aku melangkahkan kaki mencari jati diri melalui alam raya yang tak hentinya menjadi kilas balik muhasabah diri. Sungguh syukur selalu terhatur, sebab warga desa Wonomulyo begitu sangat ramah-tamah memberikan sambutan senyum tulus dan kehati-hatian agar langkah dipenuhi keselamatan dalam pendakian. Berjalan dan terus berjalan, melintasi Pos 1 Kandangan hingga rehat sebentar di Pos 2 Araman untuk melaksanakan kewajiban; tak lalai untuk bersujud kepada yang Maha Segalanya. Langkah kemudian melanjutkan perjalanan, menyibak semak belukar, medan terjal dan licin hingga terpeleset beberapa kali tak membuat gentar semangat diri. Namun, sampai di ujung perjalanan sepertinya keliru aku mengambil persimpangan. Arah yang kutuju rupa-rupanya buntu, teramat jauh aku telah melangkah namun yang kutemui adalah sebongkah bebatuan dan tanah yang longsor tak beraturan. Sama sekali aku tidak menyesali karena tidak mendapatkan puncak impian, justru dari perjalanan inilah yang menumbuhkan harapan dan asa yang sempurna. Batinku berdalih "Tak mengapa kali ini harus pulang dahulu tanpa sampai di tempat yang seharusnya aku tuju, mungkin belum waktunya, mungkin belum saatnya." Pulang tanpa sedikit pun kesedihan melainkan kerinduan yang mendalam. Menyulam harapan agar kelak Allah izinkan langkahku kembali ke sana menggapai puncak impian.

Doa itu ternyata Allah kabulkan, tepat awal tahun aku belum diperkenankan mencapai puncak Gunung Jobolarangan namun begitu bersyukurnya akhir tahun aku diperkenankan untuk merajut syukur di puncak indah Gunung Jobolarangan. Sepertinya memang begitu apik skenario yang Tuhan rencanakan. Ditunda dulu untuk kemudian dikabulkan di waktu terbaik-Nya.

Hutan Lumut Gn. Jobolarangan (Arsip Pribadi: Ely Widyaswati)
Hutan Lumut Gn. Jobolarangan (Arsip Pribadi: Ely Widyaswati)

Melintasi hutan lumut yang sangat panjang, rimbun penuh dengan kabut yang menyelimuti menambah degup kagum akan keesaan-Nya. Rasa-rasanya aku hanyalah makhluk yang teramat kecil, tak ada satu pun hal yang bisa aku sebut bangga karena sejatinya tak ada daya tanpa kuasa-Nya. Dari perjalanan yang menguraikan waktu di tahun 2024 ini keyakinanku semakin utuh perihal apa pun yang Tuhan berikan pasti terbaik bagi hamba-Nya, hanya saja mampukah diri untuk bersabar dan menunggu jawab terbaik dari-Nya.

Selubung Keindahan Gn. Jobolarangan (Arsip Pribadi: Ely Widyaswati)
Selubung Keindahan Gn. Jobolarangan (Arsip Pribadi: Ely Widyaswati)

Jobolarangan terima kasih ya, indahmu begitu mengagumkan jiwa, sunyimu mendamaikan riuh isi kepala. Aku harap di lain kesempatan Tuhan izinkan untukku dapat kembali berjumpa, berkelana untuk napak tilas menyusuri rerimbun rimba belantara indah nian terjaga merupa gadis perawan yang tersebut kembang desa. Jobolarangan terima kasih ya, entah bagaimana alam rayamu mampu memeluk banyaknya luka-lukaku hingga aku mampu membuka jendela mataku untuk lebih mensyukuri nikmat yang bertubi Tuhan berikan kepadaku. Jobolarangan terima kasih ya, kau ajarkan kerendahan hati yang tak terkira itu sebabnya kau dijuluki Gunung Lawu Purba; jenggala nan jelita.

Disclaimer; Bagi para pendaki yang ingin menyusuri keelokan Gunung Jobolarangan diharapkan mengajak guide atau warga sekitar sebagai penunjuk arah agar tidak tersesat di rimbunnya belantara, atau kalau tidak menggunakan sarana aplikasi yang memadai sebagai alat bantu navigasi. Selain tersebab gunungnya yang masih asri, lintasan yang dilalui juga banyak percabangannya sehingga terkadang membingungkan para pendaki untuk mengambil alur jalan yang akan dilewati. Jadi, kapan kamu akan membentangkan rencana untuk menyusuri Gunung Lawu Purba ini? Bersama sederet keindahan yang akan kamu temui dan nikmati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun