Mohon tunggu...
Ely Wahyuni
Ely Wahyuni Mohon Tunggu... -

ELY WAHYUNI, Lahir di Sidayu Gresik pada tahun 1995, Anak ke lima dari enam bersaudar. Membaca adalah salah satu ciri khasnya. Selama di pondok pesantren dia hanya menghabiskan waktu untuk belajar, agar waktu yang talah lewat tidak terbuang sia-sia. Pendidikanya : TK Darma Wanita sidayu (2001), madrasah Ibtida’iyah sidayu (2007), Madrasa Tsanawiyah sidayu (2010), dan saat ini sekolah di Madrasah Aliyah Unggulan Darul Falah Mojokerto asuhan CHAMIM KOHARI. Berawal dari kalangan keluarga yang tidak mengenal sastra sama sekali. Tapi karena sebuah usaha dia mampu membuat puisi dan cerpen, walaupun banyak kesalahan yang terjadi. Dan sedikit demi sedikit dia mampu membuat puisi dan cerpen yang sempurna.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Apa Itu Bunda

22 Februari 2012   02:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:21 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku adalah seutas tali kasih bagi pecinta. Saat cinta menyapa kata-kata remuk dalam hembusan redup nafas dan nyanyian berubah menjadi sepi senyap. “ ya Robby.......semua yang engkau karuniakan di dunia ini kepadaku adalah takdir mu. Dan suka gak suka aku harus menjalani takdirmu dan menelan pahit atau manis..?”

Sendiri merasakan dan membayangkan pahitnya hidup. hatiku hancur membayangkan kebahagianku yang melayang dengan kejadian yang menyakitkan, bersama dengan kebahagiaan dan kenyataan yang aku rasakan saat ini. Mencintai seseorang dengan rasa yang sangat besar tapi mala di sakiti. Aku gak pernah membayangkan semua ini, kalau cintaku di balas dengan sejuta sakit hati yang merengguk dan menghancurkan semua impianyang telah lama aku rencanakan. Saat ini aku hanya bisa diam dan ketakutan. Aku hanya bisa menjahu dan sembunyi dari orang-orang yang sangat aku cintai. Dia mengatakan cinta aku tapi juga menyakiti hatiku.

Di Panti Asuhan ini aku hanya di temani seorang temen yang selalu setia padaku dia bernama Melinda. Tempat aku curhat dan mencurahkan semua isi hatiku. “ kenapa dia selalu pilih kasih padaku dan membeda-bedakan aku dengan yang lain” curhatku tentangnya padaMelinda .“ sabarlah rin, pasti dia juga cinta dan sayang sama kamu. Tapi cara menunjukkan rasa cintanya itu berbedadengan kamu , pasti tuhan punya rencana lain untuk semua kebahagiaanmu”. Aku terdiam sejenak dan membayangkan, apa maksud ini semua. Aku tak tahu cinta apa yang layak untukku. Semua yang aku lakukkan selalu salah dan penilaian seseorang kepadaku itu sangat rendah. Setelah kejadian-kejadian itu terjadih, aku bagaikan setangkai bungah yang layu . semangatku hilang saat kejadian aneh itu terjadi padaku. Akupun mengungkapkan semua isi hatiku kepada Melinda “ kenapa aku di takdirkan di panti asuhan ini hanya untuk menderita. Orang tua mana yang tegah membiarkan anaknya di panti asuhan selama bertahun-tahun di sini. Dan aku berharap akan ada seseorang yang menjemputku dan mengangkat aku sebagai anaknya “. Melinda menjawab dan menenangkan hatiku. “ sabarlah rin, di dunia ini gak ada orang tua yang tegah kepada anaknya menderita”. Akupun menagis dan meneteskan air mata. Di setiap do’aku aku gak pernah berhenti memohon kepada tuhan. “ ya Robby sampai kapan aku harus menahan semua ini, hatiku hancur melihat teman-temanku di beri kasih sayang yang lebih. Dan aku selalu di beda-bedakan dengan yang lain”. Sedikit demi sedikit aku harus belajar, mau gak mau aku harus menelan pahit hidup ini.

Tak lama kemudian Ros memanggilku. “ rin di panggil ibu pengasuh di ruangn tengah”. Aku segerahmenuju ke ruang tengah, di setiap langkahku menuju ruang tengah aku bingung dan heran tumben ibu pengasuh panti asuhanmemanggilku. Setelah sampai di ruang tengahaku melihat seorang ibu pengasuh bersama ibu muda duduk bersama dan berbincang tentang aku. Ibu pengasuhpun melihatku “ rin sini coba lihat siapa yang datang di depanmu “. Aku terdiam dan melirik seluruh tubuh ibu itu, lalu aku mnggelengkan kpala di depan ibu pengasuh. Didalam hatiku aku berbisik”(siapa ibu ini)”. Ibu pengasuh langsung mengingatkan aku. “rin coba ingat-ingat kejadian 10 tahun yang lalu, seorang ibu menaruh dan menitipkanmu di sini “. Aku langsung melirik wajah ibu muda itu. Setelah aku melirik ibu itu aku langsung mundur dan berlari di tingkat yang paling atas”. Lalu ibu itupun berlari mengikuti aku” rin sini merin jangan lakukan hal bodoh seperti itu, sini ini bunda”. Aku membalas dengan suara yang keras dan kasar “gak kamu bukan orang tuaku”. Tak lama kemudian adi datang dan menjemputku “ rin jangan kau lakukan hal yang konyol dan bodoh seperti itu”. Aku membalas dan agak sedikit tersenyum di atas penderitaanku“ ha....ha..konyol..,bodoh, bukanya kalian semua yang bodoh dan membiarkan aku bertahun-tahun disini menderita, selama ini aku menantikan kasih sayang dari seorang ibu tapi apa..? penantianku selama ini sia-sia dan gak ada gunanya. Adi langsung menjawab dan meyakinkan aku “gak semua itu gak sia-sia rin.......aku sayang dan cinta kamu”. Tak lama kemudian ibu muda itu menyahut “iya rin bunda sayang sama kamu, peluk bunda rin sini rin bunda ingin peluk kamu”. Aku merunduk sebentar dan menoleh ke wajah mereka semua “ibu macam apa yang tegah menaru anaknya di panti asuhan selama bertahun-tahun, tanpa mencari anaknya”. Ibu meyakinkan aku “ gak rin semua itu bohomg, ibu selalu mencari dan mencari kabar tentang kamu. Seakan-akan aku seperti orang gila yang tak percaya semua kenyataan yang ada di depan mataku. “ya robby penderitaan apalagi yang engkau ujikan padaku, aku sudah gak kuat dengan semua ini cukup,cukup sudah aku akan mengakhiri semua penderitaan ini. Adi menyahit dan meyakinkan aku sekali lagi “rin coba lihat kita semua kita semua sayang kamu rin kita semua sayang sekali sama kamu”. Lalu aku menyentak adi “ dian kamu, kamu bilang sayang sama aku....apa buktinya kamu selalu membeda-bedakan aku dengan yang lain, apa itu sayang.........?””oky...aku akan jelaskan semuanya. setelah adi menjelaskan semuanya. Kalau adi menjahu sama aku karena takut ketahuan sama ibu pengasuh kalau dia cinta sama aku. “ sini rin peluk bunda, buda sayang kamu”. Akupun memeluk bunda dan melupakan semua kejadian yang sangat pahit. Setelah itu aku di ajak bunda pulang ke rumah. Inikah maksud dari semua kejadian itu. Ternyata di balik penderitaan itu, sebuah kebahagian manantikan aku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun