Seperti yang kita tahu, hampir semua guru Sosiologi di Sumbawa Besar khususnya daerah saya Kecamatan Empang tidak ada guru Sosiologi yang memiliki latar belakang pendidikan sosiologi. Dalam proses belajar mengajar setiap guru pasti sering kali menghadapi masalah yang berhubungan dengan siswa, guru, dan juga bidangnya yang terkadang mendatangkan masalah karena bukan bidang aslinya . Bahkan hampir semua guru/dosen karena guru juga manusia biasa.
Masalah yang sering kali muncul ketika proses belajar mengajar berlangsung yaitu mengenai strategi (metode) pembelajaran. Ini menjadi kendala yang utama karena metode yang berbeda antara cara mengajar Geografi, Sejarah, Ekonomi, dan Sosiologi pengajarannya berbeda. Proses pengajarannya tentu harus dimulai dari metode dasar IPS yang cenderung sama, sebelum dijabarkan lebih spesifik ke ilmu sosiologi yang lebih dalam.
Tentu hal tersebut akan sangat menyulitkan guru, baik itu dalam diri guru itu sendiri maupun proses belajar mengajarnya. Proses belajar mengajar akan berjalan lambat dan kurang efektif, karena baik guru maupun siswa tidak benar-benar tahu dan tidak memahami sosiologi. Sementara guru berperan sebagai tenaga pengajar dan harus ahli dalam bidangnya sedangkan hal tersebut bertentangan. Jadi problematika bagi guru akan kesulitan dalam mengajarkan hal yang bukan bidangnya, dan pastinya proses belajar mengajar akan sangat lambat bahkan akan berlangsung tanpa arah.
Guru memang melaksanakan kewajibannya sebagai pengajar, tetapi hal tersebut dilakukan semata-mata karena tuntutan profesi saja. Terkadang ada guru yang hanya masuk kelas, menjelaskan materi tanpa memikirkan siswanya mengerti dan memahami materi yang dijelaskan. Ada juga guru yang acuh tak acuh terhadap siswanya, siswanya ribut dan guru juga sibuk menjelaskan tanpa ada yang mendegarkan.
Ini terjadi dikarena guru tersebut belum paham atau tidak menguasai strategi (metode) pembelajaran. Guru hanya mengetahui, dan berpendirian bahwa guru hanya datang ke sekolah untuk mendidik siswa dan tugasnya hanya mengajarkan. Bahkan ada guru yang mempunyai pikiran “tugas kita hanya mengajar dantidak peduli siswa sudah mengerti atau paham dengan apa yang dijelaskan”.
Dampak ini semua disebabkan oleh guru yang mengajar bukan bidang dari guru tesebut kuasai. Bukan hanya guru yang mengalami kesusahan, siswa juga.
Hal ini menjadi suatu masalah besar dalam proses belajar mengajar. Kita tidak pernah tahu siapa yang salah dalam hal ini. Jika kita menelaah disini yang menjadi pusat utama adalah guru atau bisa saja kepala sekolahnya karena kepala sekolah lah yang mempunyai wewenang dalam menerima seseorang menjadi guru di sekolahanya itu.
Guru tersebut diterima tetapi terkadang guru tersebut diperintahkan atau ditugaskan menjadi guru yang bukan bidang aslinya. Contoh sarjana Georafi menjadi guru Sosiologi.
Munculah kendala, dipikir-pikir tidak ada seorangpun yang menolak jika kita melamar pekerjaan dan diterima walaupun kita tidak ditetapkan/ditugaskan dibidang yang kita kuasai.
Bahkan kita berusaha menyesuaikan diri kita dengan bidang tersebut demi kelangsungan proses belajar mengajar dan tanggung jawab kita.
Perlu kiranya sebelum kita melakukan hal tersebut, kita harus mempunyai dasar menjadi guru ideal yang profesional, seperti penguasaan kurikulum ini menjadi hal terpenting dalam kelangsungan proses belajar mengajar karena menentukan metode yang kita pakai untuk mengajar siswa.
Begitupula memahami karakter siswa juga penting agar permasalahan-permasalahan yang menjadi kendala bisa diatasi oleh guru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H