mitos dan kepercayaan turun-temurun seputar perawatan bayi mapun balita yang kadang-kadang menyelaras dengan kebiasaan dan budaya lokal. Salah satu mitos yang masih sering dijumpai yaitu tentang pemberian kopi kepada bayi yang berusia tiga bulan ke atas yang bertujuan untuk menghindarkan mereka dari peristiwa kejang atau step. Mitos ini telah menjadi bagian dari tradisi yang dipercaya oleh beberapa kelompok masyarakat dalam merawat bayi dan balita mereka.Â
Sejak zaman dahulu, terdapat berbagaiNamun, penting untuk diingat bahwa kepercayaan dan mitos seperti ini tidak didasarkan pada bukti ilmiah atau rekomendasi medis yang valid. Pemberian kopi pada bayi yang berusia tiga bulan ke atas justru dapat berpotensi membahayakan kesehatan mereka. Organ tubuh bayi dan balita pada usia tersebut masih sangat rentan dan belum sepenuhnya berkembang, sehingga pemberian kopi dapat menimbulkan reaksi negatif seperti gangguan pencernaan, peningkatan denyut jantung, gangguan tidur, dan masalah kesehatan lainnya.Â
Penting untuk dipahami bahwa kopi adalah minuman yang mengandung kafein, kafein adalah sebuah stimulan yang memiliki efek untuk memengaruhi tubuh secara signifikan. Efek dari kafein meliputi gemetar, kegelisahan, nyeri perut, sulit berkonsentrasi, kesulitan tidur, peningkatan denyut jantung, dan peningkatan tekanan darah. Pada bayi dan balita, efek dari penggunaan kafein dapat timbul meskipun dalam dosis yang sedikit, bahkan dalam beberapa kasus bisa berlangsung lebih lama dibandingkan dengan orang dewasa (Lama, 2020).Â
Efek negatif yang dapat terjadi adalah gangguan tidur atau insomnia. Bayi dan balita memerlukan waktu tidur yang mencukupi, namun kopi sebagai zat stimulan dapat bertahan dalam tubuh balita selama delapan jam, mengganggu waktu tidur yang penting bagi mereka (Amania, 2022).
Selain itu, konsumsi kopi pada bayi atau balita juga berpotensi mengakibatkan masalah kesehatan mulut, seperti gigi berlubang dan pembentukan stain pada gigi. Kopi bersifat asam dan memiliki kemungkinan menyebabkan hilangnya mineral pada bagian enamel atau email gigi dan gigi menjadi lebih kasar, terutama enamel gigi pada anak-anak yang masih dalam tahap perkembangan (Aprilina, 2023). Enamel yang rusak membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mengeras kembali, sehingga risiko masalah kesehatan mulut pada anak-anak yang minum kopi dapat menjadi perhatian yang serius.
Oleh karena itu, alangkah baiknya pemberian kopi pada bayi dan balita dapat dihindari karena berpotensi mengganggu kesehatan mereka yang masih dalam tahap pertumbuhan. Sebagai gantinya, penting untuk mengonsultasikan kondisi anak kepada profesional medis yang berpengalaman untuk mendapatkan perawatan yang sesuai dan aman bagi kesehatan. Menjaga pemahaman akan dampak negatif dari pemberian kopi kepada anak adalah langkah awal dalam memastikan kesejahteraan dan kesehatan berkeluarga.
Sumber:
Amania, R., Hidayat, M. N., Hamidah, I., Wahyuningsih, E., & Parwanti, A. (2022). Pencegahan Stunting Melalui Parenting Education Di Desa Pakel Bareng. Jurnal Pengabdian Masyarakat Darul Ulum, 1(1).
Aprilina, R. A., Nurjannah, N., Ningrum, N. ., & Widyastuti, T. (2023). The Relationship Of Coffee Consumption Habits With The Occurence Of Stain In Community In Sirap Village. Jurnal Terapi Gigi Dan Mulut, 2(2), 68-72. https://doi.org/10.34011/jtgm.v2i2.1401
Lama, S. G. D. Screen-Time And Coffee Consumption With Nutritional Status And Sleep In Adult Screen-Time Dan Konsumsi Kopi Dengan Status Gizi Dan Lama Tidur Pada Orang Dewasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H