Mohon tunggu...
Elysa Ikma
Elysa Ikma Mohon Tunggu... Bidan - Ikmaikma

Bersyukur yang utama

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme dan Pemikiran Tokoh-tokohnya

15 Mei 2020   17:40 Diperbarui: 15 Mei 2020   17:42 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Assalamualaikum wr.wb, baik pada tulisan kali ini saya akan membahas tentang filsafat pendidikan Rekonstruksionisme dan pemikiran tokoh-tokohnya.
* Pengertian Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme berasal dari bahasa inggris Rekonstruk yang memiliki arti menyusun sesuatu kembali atau menyusun sesuatu yang baru. Dalam filsafat pendidikan aliran ini lebih menekankan untuk merubah cara berfikir atau kebudayaan lama dengan mengantinya pada kebudayaan yang bersifat  modern.

Aliran ini pada dasarnya memiliki paham yang sama dengan aliran parenialisme, walaupun tidak sepenuhnya sama. Tujuan dari aliran ini adalah menumbuhkan serta memunculkan kesadaran dan minat dari peserta didik dalam hal-hal yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial. 

Contohnya dalam pemecahan masalah apabila ada seorang peserta didik yang tidak mampu dan ada peserta didik yang mampu dalam hal ini mereka harus dapat berfikir agar tidak membedakan dalam hal pergaulan.
* Pemikiran Tokoh-tokoh Rekonstruksionisme :

1. Caroline
Caroline dilahirkan di Amerika. Caroline memiliki anggapan bahwa pendidikan di bangku sekolah harusnya dapat menumbuhkan siswa yang mampu berfikir secara mandiri dan kritis. Tujuannya adalah agar nantinya siswa tersebut terbiasa dalam berfikir kritis untuk memecahkan masalah dan agar dapat bermanfaat bagi orang sekitar.

2. George Count
Count lahir di Amerika. Dia memiliki anggapan/pemikiran pendidikan harusnya dapat bersifat pantas dan adil dalam hal memberikan pengajaran atau pengetahuan kepada peserta didik tanpa membedakan status sosialnya. Contohnya dalam memberikan pengetahuan kepada peserta didik, guru diharapkan tidak membedakan murid yang kaya dan miskin melalui status sosialnya.

3. Paulo Freire
Freire memiliki anggapan bahwa pendidikan harus bisa membangun dan memiliki manfaat bagi masyarakat di sekitarnya dan manfaatnya haruslah benar-benar ada dan dapat dibuktikan. Contohnya jika kita mempunyai ilmu harusnya ilmu tersebut harus bisa bermanfaat kepada orang lain dengan cara memberikan ilmu tersebut kepada orang yang tidak berkesempatan mendapatkan ilmu.

Baik, sekian semoga dapat bermanfaat Amin.
Wassalamualaikum wr.wb

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun