Mohon tunggu...
Music Pilihan

Nasidaria

14 Desember 2018   10:29 Diperbarui: 14 Desember 2018   11:04 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nasidaria~
.
Demi apa coba ngebusway dari Kramat ke Senayan sampai dua jam? Macete naudzubillah. Ya mung pengen weruh nasidaria. 

Grup kasidah sing menemani masa kecilku. Wayah isih MI dan TPQ. Setiap pulang tpq, selalu duduk di depan radio tip milik Pak e. Mendengarkan lagu-lagune nasidaria. 

Tidak hanya nasidaria, tapi bagaimana ingatan tentang rumah, tentang intensitas hidup bareng mak e dan pak e, dan ikatan kuat dengan kampung halaman. Semua itu menjadi kebulatan kenangan masa kecil. Cie sing nduwe kenangan. *oposeh. Soale, nek suwi neng tanah rantau daripada neng tanah kelahiran ki sering garai melow dan sendu.
.
Ketika ada sebaran informasi kalau nasidaria akan manggung di kemendikbud, sudah kutekadkan untuk hadir. Lewat nasidaria, rindu dendam ini telah terbayar separuhnya. Mbuh, sing separo kapan terlunasi. Larik lirik yang pernah demikian melekat dan tertimbun oleh lirik-lirik baru seakan menggeliat dan bangun lagi.
.
Aku nggak tahu kapan aku mulai fanatik dengan nasidaria. Semula karena Pak e memang membeli kaset untuk hiburan di tengah kehidupan keluarga kami. Dengan begitu, aku menjadi akrab dengan nasidaria. Kemudian, saat usia MTs, aku hidup di pesantren. Tidak lagi sering berakrab-akrab dengan nasidaria kecuali kalau pulang saat liburan pondok. 

Radio tip bapak dengan kaset pitanya hanya bisa bertahan sampai aku Aliyah. Entah, mungkin kaset pita telah terputus pitanya. Sementara radio tip pak e masih eksis di rumah kami, namun tidak dengan kaset-kaset pita. Pak e telah mengikuti jaman, membeli lagu-lagu berbentuk mp3 di konter dan membeli flashdisk yang dicolokin ke sound.
.
Saat di Jogja, santri Mbah Ali cum salah satu pengarang lagu nasidaria (KH. Buchori Masruri) menyampaikan mauidzah dan bercerita tentang lagu-lagu yang beliau ciptakan~sangatfuturistik. Lalu kutelusuri pula pencipta-pencipta lagu yang lain. Lelaku mereka sungguh ajaib. Jauh dari gemerlap dunia. 

Memiliki hidup yang terlampau sederhana. Nulis kata sederhana kok malah jadi eling musikalisasi puisi Ari Reda~Aku ingin mencintaimu dengan sederhana.  

Seperti Pak Suhaemi yang menjadi pegawai pom bensin. Pantes bisa menelurkan lirik lagu yang kuat, kontekstual, dan tepat sasaran. Seperti~ dunia jangan adu domba Palestina~~~bantulah perdamaian Palestina.
.
Nasihat pergaulan, dunia dalam berita, kota santri, wartawan ratu dunia, perdamaian, palestina, dan lain-lain. Khusus lagu palestina, musiknya sangat menyayat di awal. Bunyi biola dan seruling yang pelan menukik. Lagu-lagu grup ini dikafer beberapa penyanyi masa kini yang gak kini-kini banget. Kota santri dan perdamaian. Ada pula lagunya yang dijadikan soundtrack filmnya Suzanna.
.
Keberadaan pengarang lagu ditepikan oleh syahdunya musik dan ketenaran pelantunnya. Katane wong neng internet. ::>_<::
Nasidaria aja kita nggak begitu tahu, apalagi pengarang lagunya. Oh~ Padahal, kita harus tahu. *fans garis keras, mekso.
.
Nasidaria ki grup kasidah perempuan pertama. Saat masih ramai perdebatan "lanang-wadon", Nasidaria tetep aja jalan. Nggak ngributi masalah gituan. Pelopor gabungan genre musik Timur Tengah ala-ala padang pasir dengan musik modern.
.
Njuk nek tak lihat kemarin, hampir semua personilnya bisa nyanyi dan memiliki suara yang khas. Nggak ada vokalis utama. Kesemuanya megang alat musik dan maju ke depan ketika gilirannya nyanyi. 

Baru tahu juga. Soale, syarat utama masuk Nasidaria ya bisa qira'ah dan berasal dari keluarga menengah ke bawah. Jadi, merdu sekali suara pelantun lagu kota santri saat suluk di tengah lagu. Ya lee-yaaaa a a a.
.
Tiba-tiba pas jam delapan lebih, nasidaria mengakhiri konsernya. Sedih nggak sih gaes. Kan sudah niat melekan sampe jam dua belas mbengi. Mung menangi empat lagu. Mau tidak mau, harus dapat poto mereka full, nasidaria generasi pertama (sekarang generasi ketiga), dan pak Kholiq Zain, putra H. M. Zain.
.
Akhirnyaaa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun