Urai Mengurai kalimat kalimat tanpa suara Bagai jari jemari yang menciptakan keajaibanya sendiri Kau kirimkan  aku sebuah foto... Mengapa kau tutupi wajah mu itu! tulis ku Aku ini jelek tulis mu Aku ini kelam dan parut tulis mu Tapi.... Mengapa aku bisa mendengarmu berdendang indah Mengapa aku bisa mendengar suara bening mu padahal engkau membisu Katakan..!, mengapa aku bisa mendengarmu?? Tuliskan!..mengapa?? Wahai jiwa yang bertahan di tengah padang pasir Kini..aku tengah meraba dan melukis meraba hatimu.... melukiskan ritme jiwamu... seiring waktu Remang remang kian terang kini Lukisan ku kian jelas kini Kalimat kalimatmu yang angin kirimkan padaku  penuh kesederhanaan tentang kehidupan Untaian doa dan titipan mimpi keluarga di pundak mu... Aku tidak punya pilihan lain...., tulismu Aku disini demi mereka..., tulismu Aku harus...., tulis mu Walau kau harus jauh dari pelukan pertiwi dan dekat dengan desir desingan peluru? tulisku Walau kau harus jauh dari segarnya air gletser pegunungan dan dekat dengan gundukan pasir kehampaan? tulisku Iya..tulis mu Iya...tulis mu lagi Wahai ....jiwa yang dilarut lautan pasir Apakah kau tahu..... Aku disini demi mu.. Demi merasa  indahnya kesederhanaan hatimu... Demi mendengar suara indah jiwa mu... Dan .....kini.. Selesai sudah lukisan ku !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H