"Semua baik-baik saja"
"Semua baik-baik saja"
"Semua baik-baik saja"
Berkata sambil menepuk dada.
Bagaikan arus gelombang tsunami.
Semua yang terjadi memporak-porandakan totalitas diri.
Ingin marah. Apa hakku?
Hanya bisa menarik nafas panjang, pasrah, ini hidupku bukan hidupmu.
Apa yang membuatmu merana?
Ekspektasi ya ekspektasi terhadap sesuatu yang diinginkan indra dan hati.
Jika tidak terpenuhi, rasanya raga ini akan meledak.
Apa boleh dikatakan aku raga fanah yang hanya bisa pasrah.
Pikiran dan hati tidak kompromi
Pikiran berteriak: biarkan, lupakan, abaikan, pergi menjauh, menjauh dan menjauh.
Hati menangis: kecewa, marah, terluka, maratap, meratap dan meratap.
Mengelola Raja Pikiran dan Ratu Perasaan RAGA INI butuh kesabaran.
Rasa sakit, rasa terluka, rasa terabaikan, rasa disia-siakan hanya waktu yang bisa menghapusnya.
Itu hanya perasaan, pasti akan berlalu, tersenyumlah lihatlah dirimu betapa indahnya.
Berbahagialah, satu bukan seribu yang merontokkan rasa sayangmu.
Jangan biarkan sedikit ragi menghamirkan seluruh roti kehidupanmu.
Ayo bangkit. Ayo semangat.
Lupakan setitik perasaan yang membuat hari-harimu sendu.
Mengertilah bahwa kehidupan memang seperti itu, setiap makhluk punya hak atas indra dan hatinya.
Mengapa tertekan hai jiwaku, jika di lembaran berikutnya bahagia menanti ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H