BTS, Song Joong Ki, IU, Han Seo Hee, pasti para gen Z atau bahkan para gen X dan baby boomers tidak asing dengan nama-nama tersebut. Atau yang makannya selalu ditemani oleh konten mumbang Youtuber Korea Selatan? Yaps! Nama-nama per-Korea-an sudah jadi makanan sehari-hari dan pastinya kita sudah pakem banget. Wajah yang manis, cantik, dan tampan seakan tampak tidak berpori-pori, drama menyentuh hati bikin baper tidak kepalang, atau performa-performa nanyian dan dance yang bikin histeris dengan mudah menarik minat dan perhatian masyarakat +62.Â
Tapi dibalik semua adakah ancaman bagi Indonesia? Pastinya ada banyak dampak negatifnya dari berbagai perspektif, misalnya menghabiskan banyak waktu untuk menonton mereka daripada bersama keluarga atau teman, semakin banyak masyarakat yang bertandang ke Korea Selatan dibandingkan ke Bali misalnya. Atau lebih hapal lagu EXO daripada lagu Tulus misalnya.Â
Masuknya gelombang Hallyu dengan begitu mudahnya merusak kebiasaan dan kecenderungan masyarakat Indonesia sehingga lebih tertarik dengan konten pop asal Korea. Ini adalah permasalahan yang sebenarnya. Karena tidak hanya menggerus budaya lokal dan kebiasaan masyarakat, namun juga dapat dengan mudahnya menjadi alat propaganda dan 'soft power' bagus negara  untuk mengutak-atik kondisi negara Indonesia. Misalnya, dengan adanya tren berpakaian dari Korea Selatan, maka impor pakaian tersebut dari Korea Selatan akan sangat banyak peminatnya. Ini buruk bagi negara Indonesia, namun sangat menguntungkan negara lain.Â
Tapi bukan hanya hal buruk, karena sebenarnya ada juga hikmahnya. Ketertarikan yang besar akan budaya Korea memudahkan rezeki pedagang kecil yang ingin membuka usaha. Hanya dengan menambah label 'ala korea' sudah cukup untuk menarik pembeli, contohnya berjualan streetfood korea, berjualan baju-baju ngetren korea, dll. Atau lihat saja Ind*milk yang mengeluarkan produk susu rasa pisang dengan aksara hangul atau mie instan yang berlabel "hot Korean noodle", dll. Walaupun sebenarnya miris karena produk-produk harus di-korea-kan dulu baru laku. Tetapi setidaknya, dapat menjadi jalan express bagi pedagang kecil memasarkan dagangannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H