Mohon tunggu...
Lidus Yardi
Lidus Yardi Mohon Tunggu... Guru - Alhamdulillah

Bersama Allah Bahagia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Ambil Kavlingan Orang-orang Gila

6 Februari 2017   09:44 Diperbarui: 6 Februari 2017   12:04 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tanpa sadar, banyak orang yang mengaku waras dalam hidup ini justru mengambil kaplingan orang-orang gila. Bahkan untuk memiliki kaplingan orang-orang gila itu, tidak sedikit yang mau mengeluarkan biaya untuk mendapatkannya.

Dalam Islam, orang gila termasuk kelompok yang tidak ditulis perbuatannya. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam menyebut pena diangkat untuk tiga kelompok, yaitu orang tidur hingga ia terbangun, anak-anak hingga ia dewasa, dan orang gila hingga ia waras (HR Abu Daud).

Pena diangkat maksudnya, tidak dibebankan syariat agama atau tidak ditulis sebagai dosa dan pahala apapun yang dilakukan oleh orang gila, anak-anak, dan orang yang sedang tidur. Artinya, tidak ada hukuman bagi mereka yang melanggar hukum. Tidak ada kewajiban menjalankan syariat agama bagi orang-orang gila.

Masalahnya, betapa banyak orang waras yang melanggar hukum, tapi justru tidak mau dihukum. Padahal, tidak dihukum meskipun melanggar hukum adalah kaplingan orang-orang gila. Anehnya, untuk mendapatkan kaplingan orang-orang gila tersebut, tidak sedikit orang waras yang rela mengeluarkan biaya untuk menyogok penegak hukum agar dirinya terbebas dari hukuman.

Melaksanakan sholat, menutup aurat, puasa Ramadan, dan melaksanakan syariat Islam lainnya adalah kaplingan orang-orang berakal. Maka, ketika umat Islam yang mengaku waras dan berpendidikan, tapi justru meninggalkan sholat, membuka aurat, tidak puasa Ramadan, berarti ia telah mengambil kaplingan orang-orang gila.

Ternyata, keberadaan orang-orang gila dalam hidup ini bisa menjadi sindiran sekaligus pelajaran bagi kita yang mengaku berakal. Meninggalkan kewajiban syariat agama tanpa udzur saat diberi akal oleh Allah sesungguhnya lebih gila dari orang gila yang meninggalkan perintah Allah Ta'ala.

Prof Dr Mutawalli Sya'rawi dalam buku Anda Bertanya Islam Menjawab mengatakan, "Kalau kita renungkan dalam-dalam, sebenarnya banyak manusia yang ingin gila. Karena gila itu adalah satu kenikmatan tersendiri" (GiP, 2007). Tentu kenikmatan yang dimaksud disini adalah suatu ironi, yaitu kenikmatan versi orang-orang gila yang bebas dari aturan Allah.

Karena orang yang melanggar aturan Allah, melakukan kerusakan, dan mengatakan orang-orang yang beriman sebagai orang-orang bodoh adalah orang bodoh sendiri tanpa mereka sadari. Allah berfirman:

ُ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَٰكِن لَّا يَعْلَمُونَ

"Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu" (QS Al Baqarah: 13).

'Alî bin Abî Thâlib As berkata, "Orang yang berakal itu adalah orang yang menjauhi dosa-dosa dan membersihkan cela-cela." Tentu orang yang tak waras akalnya alias gila adalah sebaliknya.

Wallahu A'lam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun