Mohon tunggu...
Elyana Gunawan
Elyana Gunawan Mohon Tunggu... -

:)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori B.F Skinner

19 Juni 2014   17:36 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:08 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Teori B.F Skinner

Teori belajar dengan suatu prinsip classic conditioning atausuatu respon yang diperoleh dari sebuah organisme dengan stimulus yang spesifik dan dapat diidentifikasi atau ditimbulkan oleh stimuli yang tidak terkondisi hanya sebagian kecil dari perilaku yang bisa dipelajari. Clasic conditioning hanya menjelaskan bagaimana perilaku yang ada dipasangkan dengan rangsangan atau stimuli baru, tetapi tidak menjelaskan bagaimana perilaku operan baru dicapai.

Pada dasarnya, skinner mendefinisikan belajar sebagai proses perubahan perilaku. Perubahan perilaku yang dicapai sebagai hasil belajar tersebut melalui proses penguatan perilaku baru yang muncul, yang biasanya disebut operant conditioning.

Skinner menguji teorinya dalam eksperimennya yaitu dengan menggunakan seekor tikus yang ditempatkan dalam sebuah peti yang disebut dengan Skinner Box. Kotak Skinner ini berisi dua macam komponen pokok, yaitu manipulandum dan alat pemberi reinforcement yang antara lain berupa wadah makanan. Manipulandum adalah komponen yang dapat dimanipulasi dan gerakannya berhubungan dengan reinforcement. Komponen ini terdiri dari tombol, batang jeruji, dan pengungkit.

Kotak Skinner adalah pengembangan dari kotak teka-teki yang dipakai oleh Thorndike. Kotak tersebut biasanya menggunakan lantai berkisi-kisi yang dapat dialiri listrik, cahaya, tuas atau pengungkit, dan wadah makanan. Ketika hewan tersebut menekan tuas/pengungkit, mekanisme pemberi makanan akan aktif, dan secuil makanan akan jatuh ke wadah makanan.

Dalam eksperimen tadi mula-mula tikus itu mengeksplorasi box dengan cara lari kesana kemari, mencium benda-benda yang ada di sekitarnya, mencakar dinding, dan sebagainya karena merasa lapar. Tingkah laku tikus yang demikian disebut dengan emmited behavior (tingkah laku terpancar), yaitu tingkah laku yang terpancar dari organisme tanpa memperdulikan stimulus tertentu.

Menurut Feist respon terpancar adalah yang muncul begitu saja, karena respon tidak terjadi di dalam suatu organisme, sehingga tidak dapat dikeluarkan. Respon terpancar tidak ada sebelumnya di dalam suatu organisme melainkan hanya muncul karena sejarah indivisual dari organisme tersebut mengenai reiforcement atau penguatan.

Kemudian salah satu tingkah laku tikus (seperti cakaran kaki, sentuhan moncong) tidak sengaja dapat menekan pengungkit. Tekanan pengungkit ini mengakibatkan munculnya makanan ke dalam wadahnya. Butir-butir makanan yang muncul merupakan reinforcer bagi tikus yang telah menekan pengungkit. Penekanan pengungkit inilah yang disebut dengan tingkah laku operant yang akan terus meningkat apabila diiringi reinforcement, yaitu penguatan berupa butiran-butiran makanan ke dalam wadah makanan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun