Mohon tunggu...
Elya Dz Azizah
Elya Dz Azizah Mohon Tunggu... Guru - Elya Dzurrotul Azizah

nama saya Elya Dzurrotul Azizah, biasa dipanggil Lia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apakah Aku Juga Termasuk Anak Berkebutuhan Khusus?

8 Desember 2020   00:44 Diperbarui: 8 Desember 2020   00:46 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sempat beberapa waktu lalu, saya berbincang-bincang dengan teman-teman pondok saya. Tak lain halnya mereka membahas tentang mata kuliah saya, yakni pendidikan inklusi.

Awalnya, mereka bercerita tentang temannya yang menurut mereka berbeda dibanding anak pada umumnya dan si A beranggapan anak tersebut adalah anak berkebutuhan khusus.

anak tersebut sulit menangkap mata kuliah dan anaknya sering bertanya hal-hal remeh yang seharusnya ditanyakan di bangku SMP, juga anak tersebut kesulitan mengerjakan tugas dari dosen, jika mengerjakan hanya asal-asalan saja, jika diberi nasihat hanya berupa jawaban iya dan tidak diterapkan, jadi wajar saja banyak dosen yang sering memarahinya bahkan tidak meluluskan mata kuliah, anak tersebut banyak dijauhi oleh teman sekelasnya, lantaran menurut mereka garing dan rada gak nyambung dengan apa yang kita omongkan. Begitulah gambaran dari temanku si A.

Sedangkan temanku si B yang kebetulan juga kenal dengan anak yang diceritakan si A tidak terima dengan gambaran anak tersebut. Si B beranggapan anak tersebut normal saja, buktinya anak tersebut masih enak diajak curhat, masih nyambung diajak ngomong meskipun terkadang omongannya di luar dari tema yang kita bicarakan. Mungkin kalau masalah tugas, dia aja kurang belajar atau baca buku.

Akhirnya perdebatan diantara mereka pun terjadi. Si A sangking gak terimanya dia berkata "Kamu juga termasuk anak berkebutuhan khusus, karena kamu aja pakek kacamata," celetuk teman saya si A kepada si B.

Saya hanya bisa tertawa dan tidak mau menengahi, pada saat itu saya hanya menjadi pendengar dari cerita mereka berdua, saya tidak bisa menjustifikasi dari apa yang mereka ceritakan, ya dikarenakan saya bukan ahlinya meskipun saya saat ini sedang menempuh mata kuliah pendidikan inklusi.

Lalu menurut kalian, apakah anak tersebut termasuk anak berkebutuhan khusus?

Pasti jawaban kalian sama sepertiku, tidak bisa menjustifikasi. Ya meskipun tidak bisa menjustifikasi, tapi setidaknya bisa menebak lah. Hehehe. Bisa dilihat dari ciri-ciri anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami kelainan dibanding anak pada umumnya, dan kelainan tersebut tidak ditemukan pada diri anak pada umunya, cara pengajarannya pun harus dibedakan dibanding anak pada umunya.

Nah, dalam kelas yang pengajarannya tidak dipukul rata semua orang disebut kelas inklusi. Karena, guru harus membedakan cara pengajaran anak normal dengan anak berkebutuhan khusus.

Lalu mengapa tidak dipisahkan saja mereka, agar guru bisa lebih fokus dalam mengajar dan tak perlu membedakan? Jawabannya adalah agar anak berkebutuhan khusus dengan anak pada umunya tidak terjadi kesenjangan sosial, mereka bisa saling membantu, saling menghargai, saling pengertian, tidak saling membedakan, terlebih lagi anak yang mengalami autis atau anak yang mengalami masalah dalam hal sosial, hal tersebut merupakan kesempatan terbaik untuk memeberi pengajaran secara perlahan kepada anak berkebutuhan khusus.

Apakah yang dikatakan teman saya tadi tentang anak berkacamata termasuk anak berkebutuhan khusus? Sudah pasti, karena pada saat di kelas, guru juga harus memperlakukan beda antara anak berkacamata dengan anak tidak berkacamata. Tidak mungkin seorang guru memaksa anak berkacatamata duduk di bangku paling belakang, sudah pasti harus diperlakukan khusus duduk di bangku depan agar terjangkau oleh tulisan di papan tulis. Sama halnya dengan anak yang gugup ketika berbicara, guru inklusif harus memberikan pengajaran khusus agar gugup anak semakin berkurang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun