Mohon tunggu...
Elwin Hilmansyah
Elwin Hilmansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - wiraswasta

Memberitakan berita, agama, sosial, politik, budaya, dll

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Legenda Gunung Tangkuban Parahu

11 November 2024   15:34 Diperbarui: 11 November 2024   17:33 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Legenda Gunung Tangkuban Parahu adalah salah satu cerita rakyat Sunda yang sangat terkenal dan diwariskan dari generasi ke generasi. Cerita ini mengisahkan asal mula terbentuknya gunung di Jawa Barat yang menyerupai perahu terbalik. Berikut adalah kisahnya:

Pada zaman dahulu, hiduplah seorang perempuan cantik bernama Dayang Sumbi yang tinggal di sebuah desa terpencil. Dayang Sumbi sangat suka menenun. Suatu hari saat sedang menenun, alat tenunnya jatuh dan ia merasa enggan untuk mengambilnya. Dalam rasa malasnya, ia berdoa kepada para dewa, "Jika ada yang mengambilkan alat tenun ini untukku, aku bersumpah akan menikah dengannya."

Saat itu, tanpa sepengetahuannya, seorang pemuda gagah berani yang bernama Si Tumang datang dan mengambilkan alat tenun tersebut. Si Tumang sebenarnya bukan manusia biasa; ia adalah seekor anjing yang memiliki kekuatan gaib dan bisa berubah wujud menjadi manusia. Karena Dayang Sumbi telah berjanji, ia pun menikahi Si Tumang dan akhirnya melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Sangkuriang.

Sangkuriang tumbuh menjadi pemuda yang tangkas dan gagah. Namun, ia tidak tahu bahwa Si Tumang adalah ayah kandungnya. Suatu hari, Dayang Sumbi meminta Sangkuriang untuk pergi berburu dan membawa pulang hasil buruan. Sangkuriang pergi berburu dengan Si Tumang. Namun, karena tidak mendapatkan hasil buruan, dalam amarahnya, Sangkuriang memanah Si Tumang hingga tewas.

Saat kembali ke rumah, Sangkuriang menceritakan apa yang terjadi pada ibunya. Dayang Sumbi marah besar dan mengusir Sangkuriang setelah mengetahui bahwa putranya telah membunuh ayahnya sendiri. Ia merasa sangat kecewa dan memukul kepala Sangkuriang hingga terluka. Karena malu dan marah, Sangkuriang pun pergi mengembara ke tempat yang jauh.

Setelah bertahun-tahun, Sangkuriang kembali ke desa asalnya tanpa mengenali siapa dirinya dan keluarganya. Ia melihat seorang wanita cantik yang tidak lain adalah Dayang Sumbi, namun karena Dayang Sumbi tetap muda dan cantik berkat kekuatan gaib, Sangkuriang tidak menyadari bahwa wanita tersebut adalah ibunya. Sangkuriang jatuh cinta pada Dayang Sumbi dan ingin menikahinya.

Dayang Sumbi akhirnya menyadari bahwa pria yang melamarnya adalah anaknya sendiri karena melihat bekas luka di kepala Sangkuriang. Dengan rasa ngeri, ia berusaha menggagalkan pernikahan tersebut. Dayang Sumbi pun memberikan syarat yang mustahil kepada Sangkuriang. Ia meminta Sangkuriang untuk membuat sebuah danau dan perahu besar dalam semalam sebelum matahari terbit.

Sangkuriang yang sakti pun memanggil para makhluk gaib untuk membantunya. Dalam semalam, ia hampir berhasil menyelesaikan permintaan tersebut. Namun, Dayang Sumbi menyadari bahwa Sangkuriang hampir berhasil dan segera berdoa kepada dewa-dewa agar matahari cepat terbit. Dewa mengabulkan doanya, dan ayam jantan berkokok lebih awal, menandakan datangnya pagi.

Sangkuriang sangat marah mengetahui usahanya gagal karena akal licik Dayang Sumbi. Dengan penuh amarah, ia menendang perahu yang sudah dibuatnya hingga terbalik. Perahu tersebut kemudian berubah menjadi sebuah gunung, yang kita kenal sekarang sebagai Gunung Tangkuban Parahu.

Legenda ini tidak hanya menjadi cerita rakyat, tetapi juga menjadi simbol ketabahan dan kisah yang penuh pesan moral tentang kebenaran, nasib, dan batasan dalam hubungan manusia. Gunung Tangkuban Parahu kini menjadi salah satu tujuan wisata terkenal di Jawa Barat, dan bentuknya yang menyerupai perahu terbalik selalu mengingatkan pada legenda ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun