Mohon tunggu...
Elvy Tan
Elvy Tan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pencinta kata. Medan, Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Tentang Harapan dan Nasib Pohon-pohon

13 Mei 2013   11:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:39 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13682717431314553991

Bulan lalu saat membolak-balik halaman koran, saya tercengang saat melihat judul sebuah artikel yang berbunyi: Kasus "Suntik Mati" Puluhan Pohon di Jalan Sakura Berbuntut Panjang - Walikota Marah, Pemko Medan Rencanakan Pasang Spanduk di Depan Komplek (Analisa, 22 April 2013, p. 4). Bagaimana tidak? Di tengah gencarnya proses sosialisasi mengenai pentingnya penghijauan untuk mengurangi dampak global warming, masih ada yang tidak mengerti tentang pentingnya pepohonan. Sebanyak 24 batang pohon Akasia dibunuh dengan cara diracuni. Menurut penyelidikan sementara, barisan pepohonan di Jalan Sakura Raya, Medan, diduga dibacok pada bagian batang bawahnya kemudian luka tersebut disiram dengan soda api dan karbit. Akibatnya kulit pohon-pohon tersebut terkelupas dan mengering, sementara dedaunannya berubah coklat dan berguguran. Mereka yang sebelumnya telah berkontribusi pada lingkungan harus rela berakhir di tangan para manusia yang mementingkan keuntungan sepihak. Melihat peristiwa tragis ini, Walikota Medan, H. Rahudman Harahap, pun mendadak berang dan segera memerintahkan Dinas Pertamanan untuk mengusut masalah ini. Dugaan sementara juga menyatakan bahwa proyek pembangunan perumahan, yang berada persis di depan pepohonan yang mati, merupakan 'dalang' di balik perusakan lingkungan ini. [caption id="attachment_242887" align="aligncenter" width="475" caption="Photo by Analisa, 22 April 2013, p.4"][/caption] Sungguh naas bila memikirkan nasib pohon-pohon korban keegoisan manusia itu. Seperti makhluk hidup yang lain, pepohonan juga bergerak, makan, dan berkembang biak. Hanya saja kebanyakan orang terlalu sibuk untuk bisa menyadarinya. Mereka yang dulu begitu rimbun kini tinggal batangan kayu kering yang tak lagi bernyawa.

Jika Anda pernah mengunjungi kota Medan, mungkin Anda memperhatikan bahwa kota ini penuh sesak oleh ruko-ruko, papan reklame yang semrawut, dan gedung-gedung perkantoran, sementara hanya di beberapa ruas jalan protokol dapat dijumpai pepohonan besar. Minimnya RTH (Ruang Terbuka Hijau) ditambah dengan terus meningkatnya jumlah kendaraan bermotor telah mengakibatkan kualitas udara yang semakin hari semakin buruk. Setiap cuaca memanas, suhu udara menjadi begitu menyiksa akibat sedikitnya pepohonan yang menyumbang udara segar. Bahkan, menurut Dr. Ir. Hidayati, M. Si, Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sumut di artikel tersebut, satu batang pohon tidak hanya mampu menunjang sistem pernapasan untuk dua orang, melainkan juga dapat menyerap emisi debu yang dihasilkan kendaraan. Bayangkan betapa besarnya fungsi makhluk Tuhan yang satu ini bagi manusia dan lingkungan di sekitarnya!

Namun, saat pohon-pohon itu membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk tumbuh besar, hidup mereka dengan begitu mudahnya dihabisi oleh oknum-oknum yang egois dan tak bertanggung jawab. Apakah itu adil? Bayangkan bagaimana reaksi pohon-pohon itu seandainya mereka segesit manusia! Bayangkan bagaimana respon mereka bila mereka mampu berbicara!

Meski begitu, masih patut disyukuri tidak semua orang seburuk itu.  Banyak individu seperti aktivis-aktivis NGO (Non-governmental Organization) serta lembaga-lembaga swasta lainnya yang terus memperjuangkan gerakan penghijauan dan pelestarian alam. Salah satu contohnya yaitu Bank CIMB Niaga yang aktif mendukung kegiatan pelestarian hingga memperoleh Indonesia Green Award di tahun 2012 dari Kementrian Kehutanan RI dan Kementrian Perindustrian RI. Melalui kompetisi menulis blog bertema "Nabung Pohon, Yuk!" tahun ini, Bank CIMB Niaga tampaknya juga bermaksud membangkitkan semangat penghijauan melalui tulisan yang mampu menginspirasi para pembaca di dunia maya.

Tema menabung pohon memang cukup menarik untuk dicermati. Kata informal "Nabung" tanpa awalan "Me-" tersebut pada dasarnya identik dengan kegiatan menyimpan uang, namun dikonotasikan dengan menggabungkan kata "pohon" di depannya. Ketika seseorang menabung,  sebenarnya ia memiliki harapan untuk mampu memenuhi kebutuhan dan menjamin kehidupannya kelak. Uang yang ia tabung juga lambat laun akan bertambah banyak. Demikian juga halnya dengan "menabung pohon". Apabila setiap orang menganggap menanam dan merawat pohon itu sama pentingnya dengan menabung uang, maka akan ada harapan kalau kehidupan di bumi ini menjadi lebih baik.

Mari bersama-sama mendukung gerakan penghijauan! Mulailah dengan menanam tumbuhan-tumbuhan kecil atau pohon buah dalam pot besar di halaman rumah atau di tempat dengan sinar matahari yang mencukupi. Dengan menanam pohon, niscaya kita tidak hanya memperoleh keuntungan untuk diri sendiri tapi keluarga dan orang-orang di sekitar kita juga dapat "memetik" kenikmatannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun