Rona cakrawala menampilkan jingga
Dalam temaram aku terdiam
Tersedu lalu membisu
Tersudut di ruang waktu menampilkan bayang semu
Aku tak tahu darimana asal suara-suara itu
Terus saja menggema di sela mega-mega
Petikan film klasik seolah begitu nyata
Terputar begitu saja tanpa tahu jeda
Memandangimu dalam sunyiku
Mendengar hela nafasmu
Menyadari setiap derap langkah kakimu
Tak terencana sekalipun oleh intuisiku
Laksana candu kala aku meminta pada Sang Penciptaku
Melantunkan namamu pada setiap bentangan sajadahku
Berharap kau pun begitu
Aku dan kamu suatu waktu mampu berada pada titik temu
Jari jemari itu tak lagi menggenggam tanganku
Semakin membeku tertimpa butiran salju
Aliran darahku seolah berhenti mengaliri nadi
Aroma kehadiranmu tak mampu lagi kukenali
Sependar cahaya lilin di sudut ruang itu menyelimuti ragaku
Berharap bayangmu hadir kembali seperti mimpi malam tadi
Tatapan rindu itu, rona sendu di wajahmu
Ahh.. aku terpaut waktu tuk mengikrarkan rindu
Aku tak tahu darimana asal rindu
Mengaliri setiap sendi yang menusuk relung kalbu
Jika yang merindu adalah dada
Mengapa sakitnya di sekujur raga?
Untukmu, yang selalu kupinta dalam doa..
Untukmu, yang tak pernah tahu aku rapuh..
***
04/07/2019