Mohon tunggu...
Elvrida Damayanti
Elvrida Damayanti Mohon Tunggu... -

jangan pernah terpuruk hanya karena satu masalah, bangkit !!! karena masa depan menunggumu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senikmat Itukah Cinta?

29 April 2012   08:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:58 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Apa cinta itu membuat orang bahagia ?

tapi mengapa aku selalu bersedih

apa cinta itu bisa membuat orang selalu tertawa ?

tapi mengapa aku selalu menangis

apa cinta itu buta ?

klo cinta itu buta. berarti cinta itu gelap,hitam,dan hampa .

begitu mengerikan cinta buta itu ya.

lihat mereka sepasang kekasih yang sedang bercumbu di malam minggu yang bernuansa gelora asmara dan membahana.

tanpa ikatan, tanpa mas kawin, tanpa dinyatakan syah sebagai suami istri oleh agama.

mereka menempatkan dirinya ditempat gelap dan sesekali sang pria mencium bibir sang perempuan, sambil bermain-main dengan tubuh sang wanita dengan tangannya, bukan sampai situ saja tapi sang pria mengecup sebagian tubuh wanita yang sangat-sangat sensitif, sebenarnya yang bodoh itu siapa ? cinta atau mereka ?

sebegitu nikmatnya kah cinta ?

sebegitu Indahnya kah cinta ?

sebegitu bahagianya kah mereka karna cinta ?

sepertinya perlu satu pembuktian lagi

lihat mereka perempuan berumur 19 tahun berpacaran dengan pria berumur 37 tahun,

pria yang sudah beristri dan mempunyai dua orang anak, suatu saat sang pria menginginkan sesuatu yang berharga dari wanita yang berumur 19 tahun itu, sang wanita menyetujuinya.

malam-malam di sebuah kontrakan wanita dan pria itu menghabiskan semalam dengan bercumbu untuk pertama kalinya,

setelah selesai perempuan itu berkata “sayang kamu janjikan mau nikahin aku?”.

“iya sayangku” jawab pria tersebut .

“tapi istrimu?”

“aku akan menceraikannya”.

selama mereka pacaran, mereka juga diam-diam melakukan hubungan intim, setelah 5 bulan lamanya mereka berhubungan sang perempuan mengadu kepada sang pria .

“sayang bulan ini kok aku gak datang bulan yah ?” Tanya wanita itu

“hey, jangan becanda kamu”

“beneran yang, aku takut” rengek wanita tersebut

“yauda kita kebidan”.

Bidan pun menyatakan bahwa wanita tersebut hamil, pria itu panik dan ketakutan.

“sayang gimana ini?”

“aku gak tau harus gimana, aku pikirin nanti jalan keluarnya” dengan muka pucat dan tangan gemetaran pria itu tidak sanggup untuk membayangkan apa yang terjadi nanti.

“kok kamu ngomongnya gitu?”

“aku kepikiran istriku, aku merasa bersalah sama dia”. apa dy bilang ? merasa bersalah ? dengan dia melakukan hubungan intim itu saja sudah sangat-sangat salah.

keesokan harinya pria itu memberikan obat kepada wanita tersebut, obat yang sangat kecil tapi sangat mahal dan khasiatnya mujarab sekali, anda tau obat apa ? yap benar obat untuk menggugurkan kandungan. seminggu kemudian obat itu bereaksi dan sang wanita mengelurkan sekumpulan daging yang berlumuran darah dari kemaluaanya bisa disebut itu “calon anak”. jalan pintas yang sangat-sangat menyesatkan bukan, enak sekali cinta itu dan menderita sekali janin itu.

cinta itu akan lebih indah bila kita menggunaknya dengan sebaik-baiknya tetapi banyak orang mendefinisikan cinta adalah kesenangan berdua tanpa memikirkan siapapun, yaiyalah orang calon anak sendiri aja dibunuh gimana dengan orang lain seperti ibu dan bapak mereka ?

seharusnya ibu membisikan kata-kata manis kepada anaknya disaat mengandung

seharusnya Ibu menangis ketika berhasil melahirkan anaknya dengan selamat

seharusnya Ibu jari menjadi pegangan jemari-jemari bayi yang tak berdaya

seharusnya tangan mereka menopang anaknya untuk berjalan

seharusnya sang Ayah menafkahi anaknya dengan memberikan makan bukan dengan memberikan obat untuk membunuhnya.

Senikmat itukah CINTA ?

elvrida dy

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun