Setelah sampai di rumah inongku sedang berada di rumah. Dia sangat kaget melihat kondisiku yang seperti ini. Jujur saja aku tidak ingin melihat orang tuaku khawatir denganku. Inong menyampaikan kepada penduduk Desa yang telah mengantarku pulang. Setelah penduduk Desa itu pulang, inong bertanya kepadaku "bagaimana kau bisa sampai sekotor ini, jawabku "aku tadi terpeleset diwaktu jalan pulang" aku takut menyatakan sejujurnya karena, takut inongku menjadi khawatir. Setelah aku bersih-bersihkan badanku, inong pun mengurut  badanku karena kakiku keseleo waktu jatuh tadi.
Tiba-tiba inongku berkata "Rani juga jatuh waktu pulang sekolah, katanya ada yang mendorongnya sampai dia terjatuh ". Aku teringat kejadian yang aku jatuh tadi, kok sama ya seperti aku tadi, kataku dalam hati. Besok aku memutuskan untuk tidak bersekolah dikarenakan kakiku masih terasa sangat sakit. Keesokan harinya Rani datang kerumahku dia memakai baju seragam, dia berkata kepadaku "sebaiknya kita sahabatannya sampai disini saja ya, aku tidak mau terluka untuk kedua kalinya". Hatiku hancur berkeping-keping sahabatku pergi meninggalkan aku.
Aku hanya bisa menangis, aku tak tau bagaimana cara menjelaskannya kepada Rani karena kakiku yang susah untuk digerakkan. Dan aku sudah bertekat "aku harus buktikan kepada mereka bahwa aku bisa, aku mampu, aku tidak selemah apa yang mereka pikirkan." Sakit sekali rasanya aku tak tau aku punya kesalahan apa, tapi mengapa aku selalu dikucilkan bahkan tidak ada yang ingin berteman denganku. Tangisku tak henti-henti mengalir, rasanya hidupku tak adil. Aku juga ingin seperti anak-anak lainnya punya banyak teman bukan malah kucilkan bahkan dimusihi semua orang. Walau aku merasa sakit itu tak membuatku putus asa, justru aku semakin termotivasi untuk giat belajar.
Buku kemarin yang kupinjam dari perpustakaan sekolah kubaca kembali untuk melatih daya ingatku. Aku semakin giat belajar, dan semakin giat. Aku percaya bagi Tuhan itu tidak ada yang mustahil. Sambil belajar aku pun sambil mengatakan ini dalam hatiku "akan ku buktikan kepada kalian!!."
Setelah beberapa hari dirumah, aku sudah merasakan baikkan dan melangkah mantap untuk kesekolah. Sebelumnya, aku tak pernah sepercaya diri seperti apa yang kulakukan saat ini. Seperti biasa aku akan mengucap syukur kepada Tuhan dengan cara berdoa kepadanya. Setelah itu aku pamit dan langsung bergegas pergi kesekolah. Dengan senyuman yang lebar membuat hariku semakin berwarna. Dan aku menyadari, aku tak pernah sendiri Tuhan selalu menemaniku dimana pun aku berada.
Saat aku masuk kelas aku diejek dan di maki tapi, aku pura-pura tak mendengarnya bahkan senyum kepada orang yang memakiku. Yang dipikiranku nanti juga mereka akan merasa lelah setelah memakiku. Bel berbunyi tandanya pembelajaran akan dimulai dan guru kami sudah masuk. Kami pun semua masuk kekelas, kursiku paling ujung. Dan aku tak tau apa yang terpikirkan oleh guruku, karena tiba-tiba guruku menyuruhku pindah ke tempat semula.Aku pun giat belajar, giat membaca dan aku pun mulai aktif di Kelasku. Walau mereka menyatakan aku sok-sokan, tapi aku bodoh amat dengan apa yang mereka katakan.
***
Sebulan berlalu, pihak sekolah memilihku untuk olimpiade internasional. Aku sangat senang, aku memilih untuk ikut. Aku sangat bersyukur bisa ikut olimpiade internasional. Dan setelah mengikuti kompetisi, aku tidak yakin bahwa aku dinyatakan sebagai juara umum. Suatu kebanggaan akhirnya aku dapat mengejar impianku. Sesuai dengan yang diekpetasiku kemarin bahwa mereka datang setelah aku sukses. Dan mereka katakan " aku sangat bangga kepadamu Lusi, maafkan kami yang terlalu kasar kepadamu. Kamu hebat Lusi". Sontak membuatku kaget namun senang juga, akhirnya aku memiliki teman. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H