Aku melihat sepasang ode marjinal terdengih-dengih
Meriwayat-khususkan tajam protes
Nasib buruh di kemoyak rezim
Bukan ia yang pada akhirnya bersimpuh dengar titah raja di balairung
Mencangkung, susun strategi
Semangat di kanan lawan di kiri
Bersama buruh yang jua takut dilanda
kalaulah diserang diabetes juga kolesterol tetiba
Tiada tinggal diam saat bahasa-bahasa keringat
Menyenandungkan dera derita Membuka jendela
Kala ruang senyap dan gulita Tajam lidahnya menekuri
kalaulah martabat harus diakhiri sembahyang dan juang
Di pangkuan dewi Nganjuk ia diajar pantang tunduk
Naik upah bukan sembarang rencana
Atau kontes kesombongan gigi siapa yang paling putih
Tegap langkah Marsinah bukan sesumbar
Siap cabik-cabik bos besar yang baru saja diberaki cuan
Banyak yang berdiri di bawah panji-panjinya;
ramai pula yang sedia menusuknya Bersitabiklah,
Marsinah! Jiwamu mengganda dan disemayamkan di tubuh gadis yang baik ku kenal orangnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H