Pertama sekali, mungkin saya akan memilih untuk terfokus pada film secara umum. Dapat dikatakan, saya cukup aktif dalam dunia perfilman, walaupun selama 19 tahun terakhir ini, saya masih hanya menjadi penonton, namun saya cukup berkembang dan senang dengan hal itu. Benar sekali, saya hanya menjadi salah satu dari banyaknya orang yang senang dengan film. Saya menikmati setiap hal dalam film. Mulai dari musik, pemain, suara, alur, dan hal lainnya. Hal yang tidak terlalu saya soroti hanyalah bagian produksi atau orang-orang yang bekerja di balik layar. Saya tahu saya mungkin terdengar seperti tidak menghargai mereka, namun saya berpikir bahwa ketika saya menonton film yang diciptakan oleh mereka, itu juga dapat dikatakan sebagai jalan menghargai mereka. Berbagai genre yang ditawarkan dalam berbagai film, mungkin banyak yang senang dengan genre animasi, romatis, horor, petualangan, atau mungkin pertempuran dan kerajaan. Semua orang bebas memilih hal tersebut. Jika saya ditanya terkait genre, saya mungkin menjawab bahwa saya adalah salah satu perempuan yang senang dengan genre drama dan romantisme. Kedua genre tersebut manjur menghibur saya.
Salah satu film yang saya tonton baru-baru ini adalah film garapan Disney yang berjudul "Raya and The Last Dragon". Mungkin jika di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, judulnya menjadi  "Raya dan Naga Terakhir". Namun, seperti yang kita tahu, judul hampir sama dengan merek, tak ada aturan untuk menerjemahkannya. Film ini mengangkat latar Asia Tenggara sehingga dalam film ini akan banyak hal-hal yang tidak asing bagi kita sebagai masyarakat Indonesia. Dalam beberapa bagian, ada yang menampilkan wayang, keris, bumbu dan hal-hal lain yang bukan hal baru bagi masyarakat Indonesia.  Namun, dalam perenungan kali ini, saya tidak hendak berbicara tentang film ini, namun saya hendak merefleksikan pesan yang saya dapat di dalam film ini. Sebenarnya begitu banyak hal yang dapat dipelajari dari film ini, namun salah satu yang paling besar yang saya dapatkan adalah pesan untuk percaya.
Sebelumnya, saya hendak meluruskan bahwa kata "percaya" yang saya gunakan dalam refleksi ini bukanlah kata yang erat dengan konsep agama atau keyakinan. Namun, kata yang saya gunakan dalam hal ini adalah kata kerja yang bermakna yakin benar atau memastikan akan kemampuan atau kelebihan seseorang atau sesuatu (bahwa akan dapat memenuhi harapannya dan sebagainya) (KBBI). Dalam jaman sekarang ini, mungkin semakin banyak hal yang membuat kita tidak percaya terhadap seseorang atau sesuatu. Ketidakpercayaan itu muncul karena terlalu banyak kejahatan dan pengkhianatan yang kita lihat ataupun kita rasakan sendiri, sehingga pada akhirnya pikiran dan hati kita belajar untuk menghindari kejahatan itu dengan ketidakpercayaan ataupun keraguan. Jika dilihat lebih dalam, mungkin ada benarnya jika kita tidak cepat mempercayai orang lain, namun di sisi lain itu akan menghasilkan sebuah hasil yang buruk juga. Jika dibayangkan ketika kita terbiasa untuk tidak mudah percaya kepada orang lain, mungkin kita akan melakukan hal yang saya dengan refleks kepada orang-orang yang dekat dengan kita. Kebiasaan membuat tubuh kita belajar dan bertindak secara refleks. Hal yang saya ingin katakan kepada orang-orang yang memilih untuk beranggapan positif pada sikat tidak percaya adalah untuk terus meyakinkan diri bahwa diri kalian sudah mengerti batas penggunaan sikap percaya dan tidak percaya.Â
Dalam film ini, kepercayaan digambarkan menghasilkan dampak yang signifikan. Bukan hanya itu, kejahatan juga digambarkan sebagai hal yang mengakibatkan kehancuran. Sisu, sebagai sosok naga yang membantu Raya untuk menciptakan Kumandra bingung dan marah ketika ia melihat manusia yang egois dan tidak mau percaya dengan teman atau manusia yang lain. Ia sebagai naga merasa aneh akan hal tersebut karena pada pengalaman yang ia rasakan sebelumnya, kepercayaan kepada orang lain akan menghasilkan sebuah kehidupan yang damai. Kondisi ini sebenarnya menggambarkan kehidupan di dunia sekarang. Dalam bagian penyelesaian pada film ini, diperlihatkan kembali bahwa kepercayaan kepada orang lain dapat memberikan dampak yang baik. Bagian tersebut menceritakan ketika Raya dan teman-teman yang lain percaya kepada Namari untuk mengalahkan makhluk jahat. Atas kepercayaan yang diberikan dan yang diterima, akhirnya keadaan menjadi lebih baik. Mungkin jika hanya dibaca dalam tulisan, rasa dan kedalaman pentingnya kepercayaan tidak dapat kita rasakan dengan maksimal, untuk itu mungkin perlu bagi kita semua untuk menontonnya dengan kedua mata kita.
Saya sebagai orang yang masih lemah mengaku bahwa saya sangat berhati-hati dalam percaya kepada orang lain. Memang benar jika kepercayaan terhadap orang lain dipengaruhi oleh banyak hal, namun saya ingin mengajak siapapun untuk terus belajarlah untuk memahami konsep mempercayai ini, agar tidak salah menggunakan. Saya juga terus belajar untuk memiliki hal tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H