Mohon tunggu...
Elvis Napitupulu
Elvis Napitupulu Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

I am learning to be more productive....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Indahnya Disatukan Seni dan Budaya Indonesia

2 Agustus 2011   05:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:10 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_126487" align="aligncenter" width="300" caption="Indonesia Channel 2011 di Bandung"][/caption]

Pada tahun 2011, untuk ke-9 kalinya Kementerian Luar Negeri menyelenggarakan Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI). Beasiswa yang pada awalnya hanya diberikan untuk generasi muda dari negara-negara Southwest Pacific Dialogue, kini telah menghasilkan 384 alumni dari 44 negara termasuk negara-negara dari benua Eropa, Afrika, Asia, dan Amerika. Program BSBI ini merupakan salah satu bentuk diplomasi publik Indonesia dalam upaya meningkatkan people-to-people contact untuk memperbanyak friends of Indonesia serta to win the heart and mind generasi muda dari berbagai bangsa. Akan tetapi, hasil yang dicapai oleh program ini tidak lagi terbatas pada kepentingan Indonesia, pada perkembangannya nilai-nilai universal seperti perdamaian dan hubungan baik antar manusia juga tercipta melalui program ini.

Sebagai bangsa Indonesia, bangga sekaligus terharu ketika melihat generasi muda dari berbagai bangsa disatukan oleh seni dan budaya Indonesia. Selama 3 bulan mereka bersama-sama untuk belajar seni dan budaya Indonesia seperti tarian tradisional, musik tradisional dan tentunya keseharian masyarakat Indonesia di sekitar mereka, ternyata sangat memberi kesan mendalam mengenai Indonesia bagi pada peserta BSBI. Dan yang paling menarik adalah berbagai kejadian yang bisa membuat kita sebagai bangsa Indonesia terkadang menjadi merasa malu dan ditegur karena kita sendiri kurang menghargai apa yang kita miliki.

[caption id="attachment_126488" align="alignright" width="300" caption="Jessica Hohl (Jerman) sedang memainkan gamelan Jawa"][/caption]

Pernah suatu waktu peserta dari China dan Korea Selatan terlibat cinta lokasi selama belajar di sanggar tari di Solo. Dan yang paling mengharukan adalah karena keduanya berinteraksi dalam bahasa Indonesia bukan dalam bahasa Inggris ataupun bahasa masing-masing. Kejadian lain adalah ketika peserta dari Tonga berpacaran dengan peserta dari Italia, yang sebelumnya bahkan tidak tahu bahwa ada negara bernama Tonga. Akan tetapi mereka bisa bertemu dan saling menyayangi dalam balutan seni dan budaya Indonesia. Tidak hanya diantara peserta, ikatan kekeluargaan juga terjalin antara peserta dengan para guru-guru di sanggar dan masyarakat sekitar. Sangat jelas terlihat keengganan dan kesedihan para peserta untuk meninggalkan Indonesia ketika pada akhirnya harus kembali ke negaranya masing-masing. Contoh-contoh tersebut hanyalah sebagian kecil dari tumbuhnya rasa kebersamaan antara generasi muda dari berbagai bangsa. Kelompok-kelompok kecil inilah nantinya yang akan menjadi bola salju terbentuknya jaringan antar bangsa yang didasari oleh kesamaan mencintai Indonesia.

[caption id="attachment_126491" align="alignleft" width="150" caption="Ratu Etueni (Fiji) menampilkan Tari Gopala Bali"][/caption] Keterikatan para peserta yang paling menggugah perasaan sebagai bangsa Indonesia adalah ketika para peserta yang untuk tahun 2011 berjumlah 50 orang dari 31 negara, menampilkan keahliannya dalam membawakan tarian tradisional dan musik tradisional Indonesia yang dipelajari selama 3 bulan dalam sebuah pagelaran seni dan budaya Indonesia bertajuk “Indonesia Channel”. Pagelaran ini ditujukan untuk memancing gairah para generasi muda Indonesia untuk kembali meningkatkan apresiasinya terhadap seni dan budaya Indonesia.

Setelah pelaksanaan program tersebut dan para peserta kembali ke negaranya masing-masing, dalam hati saya muncul sebuah harapan bahwa bangsa ini bisa terus maju di tengah banyaknya masalah. Rasa kebersamaan, kekeluargaan dan kecintaan para peserta BSBI yang disatukan oleh seni dan budaya Indonesia menjadi sebuah cahaya terang bahwa bangsa ini masih dapat terus berkembang dan tentunya fakta bahwa masih banyak orang yang cinta kepada Indonesia. Para friends of Indonesia inilah nantinya yang diharapkan juga menjadi "duta-duta" Indonesia yang secara langsung mempromosikan Indonesia di negaranya masing-masing. Harapannya paling tidak, mereka akan bercerita mengenai Indonesia di lingkungan keluarga dan komunitas pertemanan mereka, yang kemudian akan merambat kemana-mana layaknya multilevel marketing. Contoh nyata adalah ketika seorang peserta dari Austria yang sebelumnya tidak mengenal Indonesia sama sekali menjadi sangat aktif dalam mempromosikan Indonesia. Setelah menyelesaikan program, ybs mengajak keluarganya berkunjung ke Indonesia dan kemudian menjadi aktif dalam kegiatan-kegiatan Perwakilan RI di Wina. Ybs kemudian mengajarkan musik-musik tradisional Indonesia seperti gamelan dan angklung di sekolah-sekolah musik untuk anak-anak. Dan yang lebih mengharukan, ybs akhirnya "kepincut" dengan orang Indonesia.

Oleh karena itu, mari kita bersama-sama menjaga dan melestarikan seni dan budaya Indonesia. Aset-aset seperti inilah yang pada akhirnya lebih efektif untuk mengenalkan Indonesia khususnya ke masyarakat asing. Aset ini jugalah yang dapat digunakan untuk menggairahkan kembali kecintaan generasi muda Indonesia terhadap bangsanya sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun