Terdengar suara ribut-ribut di ruang teras rumah. " Jangan bantu jemput, awak tuh diabetes beresiko keno corona tuh. Bahaya," kata makwo.
Saya yang tidak tahu menahu perkaranya, langsung bergegas menuju sumber keributan. Di pojok teras,pakwo terdiam mendengar ceramah makwo yang khawatir dia bakal membantu jemput saudara tetangga yang akan datang dari Medan.Â
Ternyata itulah muasal, keributan terjadi. Seorang tetangga meminta bantuan Pakwo untuk menjemput ayahnya yang baru datang dari kampungnya. Saya heran dengan keputusan nekat sang tetangga yang rela mempertaruhkan keselamatan ayahnya sepanjang perjalanan bisa terpapar covid19. Belum lagi beresiko besar juga menularkan dengan anggota keluarganya yang lain,termasuk pakwo yang diminta tolong menjemput.Â
Wajar saja, makwo menolak permintaan tolong tersebut. Karena kedua orang ini sangat beresiko terpapar. Ditambah lagi penyakit menahun yang sudah mereka derita diabetes dan tekanan darah tinggi.Â
Penolakan ini berujung dengan tindakan lebih bodoh lagi dari sang tetangga. Mereka memusuhi keluarga kami. Saya semakin tidak mengerti, dengan ketidaktahuan masyarakat tentang larangan tidak boleh mudik atau pulang kampung.Â
Ditambah lagi kebijakan yang abu-abu antara mudik dan pulang kampung yang baru-baru keluar dari statement Jokowi. Padahal jika menilik tingkat pendidikan dan pemahaman harusnya tetangga saya jauh lebih mengerti tentang pandemi ini bukan main-main dan covid 19 ini berbahaya.Â
Belum lagi kisruh tentang ayah tetangga  saya yang mau mengunjungi anaknya, satu hari kemudian pemilik bedeng depan rumah saya juga kembali ribut-ribut. Dia didatangi tiga orang ketua RT karena berniat menyewakan gedungnya untuk perantau  dari Jakarta yang baru tiba kembali di Jambi.Â
Warga protes dan merasa terancam dengan kedatangan perantau tersebut. Dan akhirnya pihak RT berhasil menyelesaikan permasalahan itu. Bukankah kriteria orang kedua ini masuk dalam kategori pulang kampung versi Pak Jokowi.
Tapi ini tentu saja bukan persoalan mudik dan pulang kampung yang maknanya menjadi berbeda setelah wawancara pak Jokowi dan Mba Najwa semalam.
Tapi bagaimana pemerintah berupaya mencegah agar penyabaran virus ini tidak menggila karena pergerakan dari tempat yang sudah berzona merah ( dengan angka pesakitan yang banyak) ke lokasi yang masih relatif aman.Â