Tapi mungkin tidak untuk berlibur bersama anak-anak. Karena agak riskan mengajak seorang bayi mengelilingi hutan yang saya belum observasi dulu. Meski semua anak saya sudah terbiasa menjelajahi hutan.Â
Selain sejarah, yang ingin saya ajarkan kepada anak-anak adalah bagaimana mencintai hutan, menghargai nikmat Tuhan untuk oksigen yang dihasilkannya, bagi air yang terus mengalir sampai saat ini, dan juga untuk menjaga kita dari segala bencana dan musibah.Â
Termasuk pandemi ini, merupakan cara Tuhan menegur kita untuk arif pada alam. Tidak serakah pada apa yang diciptakannya, termasuk hutan dan seisinya. Selain tempat-tempat yang eksotis tersebut, tak lengkap rasanya tak memanjakan lidah dengan kuliner khas Bangka.Â
Saya sebagai penyuka tahu dan mie , tergoda sekali untuk mencicipi mie khas bangka. Pernah mencoba mengikuti resep yang bertebaran di internet, namun saya pikir rasanya pasti jauh lebih nikmat jika mencicipinya langsung di sana.
Mie Bangka terdiri dari taburan ayam, bakso ikan dan juga tahu khas bangka. Kuliner khas Bangka Belitung dipengaruhi kebudayaan Tiongkok. Mungkin mirip dengan Sumatera Selatan dan juga Jambi. Berbagai kulinernya dipengaruhi kehadiran orang Hakka atau Khek yang menetap.
Kenapa Bangka Belitung menjadi tujuan wisata yang sangat ingin saya kunjungi setelah wabah covid 19 ini usai? Agar saya dan anak-anak belajar, bagaimana kerusakan, wabah, dan musibah akan menjadi daya tarik tersendiri ketika kita sudah melaluinya dengan sabar dan ikhlas. Seperti Bangka Belitung yang cantik karena goresan luka yang ditempa sejak dulu dari aktifitas tambang yang tak juga berhenti sampai saat ini.Â
Saya pun berharap kita semua bisa mengambil hikmah dari pandemi yang sudah dilalui. Bagaimana kita belajar untuk lebih menghargai alam, menghargai kebersihan, menghargai keluarga, yang mungkin selama sebelum Pandemi kita terlalu banyak menghabiskan waktu bagi teman-teman dan kenalan.
Menjaga jarak yang kita lakukan, bagian dari mengenal diri sendiri, mengenal Tuhan dan mengenal alam. Semoga Pandemi berakhir, seperti Bangka Belitung yang indah dengan sejuta kolongnya. Kita juga akan menjadi indah dan kuat dengan pengalaman menghadapi musibah ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H