Mohon tunggu...
elvi yulianti
elvi yulianti Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dari anak-anak

Yakin dengan kekuatan Doa

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Rahasia Tanda Tanya (Part 3)

20 Desember 2023   03:00 Diperbarui: 20 Desember 2023   04:41 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

            "Oh, begitu..." Aku menganggukkan kepala tanda mengerti.

            "Mengapa kamu bertanya begitu?" tukas Purnama dengan mimik wajah serius.

            "Tidak apa Purnama, aku hanya sedikit takut saja."

            "Hidup ini harus dijalani bukan ditakuti Wani..." ujar Purnama layaknya seorang motivator yang kondang.

            "Benar yang kamu katakan itu Purnama, terima kasih ya sudah memberiku dorongan keberanian dalam menjalani hidup." Aku sangat senang memiliki teman sekamar yang bisa berbagi pikiran dan dapat menenangkan jiwaku yang galau.

            Seperti anak kuliah lainnya yang dapat jam kuliah pagi, aku juga sama sibuk seperti mereka menyiapkan diri untuk berangkat ke kampus. Untung saja di kosanku kamar mandinya ada di setiap kamar. Jadi, kami tidak mengantre seperti Ibu-Ibu yang menunggu mendapatkan bantuan beras dari pemerintah. Kubuka lemari baju yang sudah inklud dengan sewa kosan. Lemari yang terbuat dari kayu dengan ukuran satu  meter lebar dan satu setengah meter tinggi. Bagi mahasiswa yang memiliki baju banyak tentu dengan ukuran segitu pastilah lemari jadi sangat padat. Beda dengan aku yang memiliki baju sedikit, banyak ruang yang belum diisi. Aku ambil baju berwarna abu dan rok hitam. Jilbab abu sungguh sangat serasi kupikir, aku kenakan semua pilihanku tadi. Aku patut-patutkan diriku di depan cermin yang tergantung di samping lemari. Aku rasa sudah cocoklah, aku berikan sedikit senyumku di cermin itu dan berlalu.

            Arlojiku menunjukkan pukul tujuh tepat. Aku berpikir sejenak, cukuplah waktuku menuju ke kampus karena jam kuliahku mulai pukul tujuh empat puluh lima. Jarak rumah kos ke kampus berkisar empat  ratus meter.  Namun, aku tetap bergegas menuju ke kampus agar aku bisa istirahat sebentar. 

            Mahasiswa sudah banyak yang berdatangan ketika aku sudah mencecahkan kaki di lingkungan kampus. Bermacam gaya dan model bisa dilihat, mahasiswa berambut panjang, pendek, bahkan yang botak juga ada. Aku pikir mungkin tren tidak ada rambut. Untuk mahasiswa yang perempuan, ada yang berhijab, ada juga yang tidak, ada yang memakai rok pendek, rok panjang, bahkan ada yang pakai celana jeans dengan baju kaos. Ada yang memakai make up sedikit menor, ada juga yang polos hanya memoles wajahnya dengan bedak saja.

            Seperti orang yang takut ketinggalan kereta, semua mahasiswa berjalan dengan langkah cepat. Sama halnya dengan aku, aku juga melangkah seperti mahasiswa lainnya. Tidak tahu apa yang mau di kejar, tetapi yang pasti aku ingin cepat sampai saja ke dalam ruangan kelas. Kampusku ini memang tidak begitu luas tetapi untuk lapangan parkirnya dibuat luas terutama untuk mahasiswa pengguna kendaraan sepeda motor. Jarak dari pintu gerbang menuju ke gedung utama sekitar seratus meter. Itulah nantinya yang harus aku lewati setiap ke kampus.

            Aku sampai di ruangan kelas. Ternyata, sudah ada yang datang dan duduk di sudut belakang. Aku menghampirinya sambil memberikan senyum termanisku.

            "Hai, aku Wani, boleh kenalan?" Mahasiswa itu memberikan senyumnya juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun