Meningkatkan Minat Membaca Dalam Dunia Pendidikan DiÂ
Era Geng Z
Oleh: Elvira Nanda Lusia
Â
Abstrak:Â Literasi atau sama dengan membaca, mengalisis,menulis merupakan salah satu kunci untuk mencapai keberhasilan dalam dunia pendidikan. Namun pada kenyataannya minat baca masyarakat terutama siswa dan mahasiswa masih tergolong rendah. Meningkatkan minat baca bagi masyarakat terutama siswa dan mahasiswa tujuannya agar siswa dapat berfikir kritis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor penyebab kurangnya minat baca dalam dunia pendidikan di Indonesia dan tujuannya agar mengetahui apa yang harus ditingkatkan agar membaca bisa menjadi suatu hobi, juga untuk mengetahui dampak dari rendahnya minat baca di Indonesia.
Kata Kunci: minat baca, faktor, dampak.
indonesia relatif rendah dalam hal pendidikan dibandingkan dengan negara lain. Rendahnya tingkat pendidikan Indonesia dibandingkan dengan negara lain disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah kurangnya literasi atau minat pelajar dan mahasiswa khususnya dalam dunia pendidikan. Data sensus yang dihimpun Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 menunjukkan bahwa 85,5% penduduk Indonesia menonton televisi daripada mendengarkan radio ( 0,3%) dan surat kabar (23,5%). Selain itu, International Educational Achievement (IEA) melaporkan bahwa tingkat literasi siswa sekolah dasar Indonesia berada di peringkat ke-98 dari 39 negara yang disurvei, yang berarti Indonesia berada di urutan ke-38 dari 39 negara..
Salah satu permasalahan literasi sekolah yang sedang dihadapi dalam dunia pendidikan khususnya di sekolah yang ada di Indonesia adalah rendahnya tingkat kemampuan membaca siswa yang ada di sekolah. Seorang guru memiliki pengaruh yang besar di dalam sebuah proses pendidikan di sekolah. Adapun pengertian, faktor yang bersangkutan dengan meningkatkan minat minat membaca
Minat Membaca Â
- Minat merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang secara terus menerus dalam belajar. Minat adalah kecenderungan tertentu untuk memperhatikan dan mengingat suatu kegiatan. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang selalu diikuti dan melibatkan kesenangan menerima kepuasan. Kemauan dan kemampuan membaca seseorang sangat mempengaruhi kemampuan seseorang. Semakin banyak membaca, maka dapat dipastikan bahwa seseorang memiliki banyak pengetahuan yang membantu mereka melakukan banyak hal yang sebelumnya tidak mereka kuasai, sehingga orang yang banyak membaca memiliki kualitas lain selain ini. yang tidak tertarik membaca. Menurut statistik UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, yaitu hanya 0,001%. Artinya, hanya satu dari 1.000 orang Indonesia yang gemar membaca. . Dalam studi tahun 2016 oleh Central Connecticut State University, Indonesia, yang paling melek huruf di dunia, menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara dengan literasi rendah. Tingkat melek huruf adalah yang pertama di Finlandia (hampir 100%). Data ini menunjukkan bahwa Indonesia masih tertinggal jauh dari Singapura dan Malaysia dalam hal literasi. Selain itu, data riset United Nations Development Programme (UNDP) menunjukkan bahwa indeks pembangunan manusia (IPM) pencapaian pendidikan Indonesia masih relatif rendah yaitu 1 ,6%. Jauh lebih rendah dari Malaysia yang memiliki persentase hingga 28%
Faktor Penyebab
Di Indonesia, faktor penyebab rendahnya kemampuan membaca dipengaruhi oleh masalah di lingkungan sekolah dan di lingkungan ekstrakurikuler. Keterbatasan sarana dan prasarana membaca, seperti ketersediaan perpustakaan dengan buku pelajaran yang banyak, menjadi salah satu penyebab rendahnya budaya literasi di Indonesia. Masih banyak sekolah di Indonesia yang mengandalkan buku teks untuk proses belajar mengajar di kelas. Padahal ketersediaan buku teks referensi tidak hanya menarik tetapi juga berkualitas tinggi, namun sangat memotivasi siswa untuk meningkatkan pengetahuannya. Selain itu, fasilitas perpustakaan masih kurang memadai karena pelayanannya kurang baik.Â
Situasi belajar yang tidak mendorong siswa untuk mempelajari buku selain buku pelajaran menjadi salah satu penyebab menurunnya minat baca siswa. Jarangnya kegiatan diskusi atau presentasi suatu masalah yang dipecahkan bersama tentang materi yang didiskusikan dan pembelajaran yang berlangsung seringkali berpusat pada guru, dimana siswa tidak termotivasi untuk mencari informasi dari sumber lain.Â