Untuk membayangkan peristiwa tersebut bagi saya sangat tidak mudah, betapa tragisnya kematian beliau serta dikhianati oleh orang yang dipercaya beliau untuk membersihkan halaman rumahnya, demi mengincar jam tangan rela membunuh tuannya.Â
Setelah mengelilingi gedung pertama lantai satu, saya diajak untuk naik ke lantai dua untuk melihat koleksi dan karya Basoeki Abdullah yang lainnya.Â
Basoeki Abdullah selain melukis juga sebagai penari wayang orang, beliau memerani sebagai wayang Rahwana dan Hanoman. Rahwana dikenal sebagai raksasa penguasa kegelapan yang memiliki sepuluh muka, sepuluh leher, sepuluh kerongkongan, dan dua puluh tangan yang menunjukan kesombongan dan kemuan yang tak terbatas.Â
Sedangkan wayang Hanoman adalah seorang ksatria yang berwujud kera, kesaktian dan keberaniannya sangat luar biasa.Â
Saya bisa membayangkan Basoeki Abdullah ketika memerani wayang-wayang tersebut sangatlah gagah karena mendalami peran tersebut. Saya melihat ada beberapa koleksi seni lainnya seperti koleksi topeng dan koleksi patung.Â
Seperti manusia pada umumnya, Basoeki Abdullah memiliki rasa kebosanan pada tahun 1990an sehingga menghasilkan lukisan-lukisan yang abstrak tetapi menghasilkan lukisan yang indah untuk dipandang.Â
Saya sangat merasa sedih ketika melihat karya terakhir beliau sebelum wafat, namun yang lebih menarik karya lukisan terakhir beliau wafat beliau membuat abstark lukisan orang lagi terselungkup berbaring dibawah seolah-olah menggambarkan beliau bersimbah darah dibelakang pintu kamarnya seperti mempunyai feeling, sehingga keluarga memberikan lukisan tersebut ke sahabat Basoeki Abdullah karena tidak ingin melihat lagi lukisan tersebut.Â
Setelah berkeliling di gedung pertama, saya bergegas untuk berjalan ke gedung kedua, yaitu gedung area perkembangan dari museum tersebut. Hal yang menarik yang tidak banyak orang tahu yaitu Basoeki Abdullah ternyata harus melukis di bawah sinar matahri dan tidak pernah melukis di bawah sorot lampu. Â
Selain itu saya melihat alat-alat melukis beliau yang terlihat sangat mahal pada era tersebut untuk orang kaya, terlebih untuk menjaga kualitas dari lukasannya agar tidak cepat rusak, pudar, dan lainnya yang membuat karya tersebut menjadi rusak. Â