Sejak lama sudah aku bayangkaan dirimu disini bersamaku sperti dulu, kita bersama menikmati secangkir kopi hangat yang kita beli dari uang kita yang terakhir dan kita tetap mampu tersenyum bahagia. Lalu kau bertanya padaku " Seberapa besar cintamu padaku?" lalu aku menjawab dengan wajah memerah  " Sebesar cintamu padaku" kemudian dengan manja kau akan mecubit hidungku dan bertanya denganku, "Memangnya kau tahu sebesar apa cintaku padamu?" kemudian aku menjawab "Ya, Aku tahu cintamu padaku lebih besar dari bulan dan matahari, lebih luas dari samudra dan lebih dalam dari palung laut." Lalu kau akan memberikanku pelukan hangat. Begitulah senja kita dulu berakhir selalu.
Kini Aku sendiri hanya menatap hitamnya secangkir gelas kopi hitam yang pernah menyimpan kenangan kita. Sejak hari dimana kau pergi dan terenggut oleh peperangan antara dua negara yang tak kunjung padam. Dengan tegak kau berdiri meliput semua amukan peperangan, sudahlah kini kau telah pegi sudah.. sudah..
Hari ni seperti biasa, Aku duduk dibarisan terakhir di pojok kiri bus jurusan Rajabasa-Sukaraja. Cahaya masuk menembus jendela membuat mataku silau. Secarik kertasyang melindungi mataku. Entah apa yang kubikirkan tetapi aku seperti melihatmu, dengan kopi yang biasa kita minum bersama tetapi kau menggandeng gadis lain. engkau kah itu ?? Aku masih mencari kebenaran dalam mataku. Benarkah aku melihatmu ? Engkaukah itu ? Jika memang itu kau, tunggu aku. Nanti lah aku kembali seperti d
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H